Kematian permanen Kompasiana adalah tidak ada lagi penulis dan pembaca. Pembaca dan penulis (Kompasianer) masih setia menghidupkan kerja mesin hidup Kompasiana. Bagaimana caranya? Mereka menunggu dan tetap berkarya dengan caranya. Seolah mereka tak lepas dari sosok fisik Kompasiana yang terkapar 'tak bernyawa'. Satu hal yang penting lagi adalah Pembaca dan Penulis (Kompasianer tidak meninggalkan sama sekali Kompasiana. Inilah kenapa Kompasiana tak pernah benar-benar mati. Kompasiana bahkan tak mengenal kata mati.
Kompasiana hanya akan mati kalau tak ada lagi pembaca setia dan Kompasianer militan. Tapi apakah itu mungkin? Perlu diingat bahwa, salah satu cara Pembaca dan Kompasianer menyempurnakan hidupnya di abad digital ini dengan menjadi 'jantung Kompasiana'. Dengan demikian para Pembaca dan Kompasianer tetap bisa bertahan hidup dan merayakan setiap dinamika digitalnya dengan berkompasiana.
Konteks sehidup tak semati antar Kompasiana dengan Kompasianer menjadikan keduanya selalu mampu hidup dalam situasi dan kondisi apapaun. Diantara mereka ada janji keabadian fana yang dinyatakan dengan berbagai bentuk. Pernyataan 'Kalau tidak Error bukan Kompasiana namanya' jadi salah satu buktinya. Disinilah, ketika muncul pernyataan tersebut maka itu sebenarnya menjadi personifikasi Kompasianer di dalam Kompasiana, baik itu para Kompasianer Error maupun Kompasianer waras...heuheuheu! Hayoo, ngaku...gak bakal disetrap bu guru, kok...
Selamat Ulangtahun ke 8Kompasiana...Â