Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Percakapan dengan Surat di Bandara

30 Juni 2016   15:11 Diperbarui: 30 Juni 2016   15:46 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama penerbangan kami tetap diam. Surat duduk di depanku. Semua rangkaian kalimat di tubuhnya berkali-kali terbaca kembali, sengaja atau tidak sengaja. Sampai aku bosan dan kemudian tertidur.

******

Pesawat telah mendarat di Bandara New York. Aku tetap bersama dengan Surat hingga sampailah kami di Lobby luar Bandara. Saa berdiri menunggu taksi, tiba-tiba aku melihat sosok yang sepertinya aku kenal.

Pandanganku mengarah ke mereka. Terlihat sejumlah orang mendekati si Gadis. Mereka bicara sebentar, kemudian salah satu dari mereka membawakan tas si Gadis. Mereka kemudian beranjak ke arah area parkir.

Postur mereka mereka hampir sama denganku. Warna rambut dan kulit, tinggi dan besar badan. Aku menduga mereka satu bangsa denganku. Semenatar dari gerak tubuhnya mereka kaum terpelajar yang bekerja di birokrasi.

Aku kemudian tersadar, Surat tak ada disampingku. Aku menoleh ke sana keamri mencari keberadaan Surat. Kulihat dia sudah berjalan didepan. Tampak terburu-buru sambil menutup logo dikepalanya. Caranya berjalan merapat searah dinding, dan seolah ingin bersembunyi diantara tubuh orang yang berlalu lalang.


Segera kususul dia dengan setengah berlari.
"Su...Su! Tunggu..!"
Namun dia tak menghentikan langkahnya. Segera kukejar dan berjalan sejajar dengannya, juga dengan langkah tak kalah cepat dengannya.

"Kenapa kamu tiba-tiba seperti ketakutan dan gila begini?"

"Aku memang produk dari kegilaan, Prof. Tadi kulihat salah seorang yang menjemput si Gadis itu membawa Kertas. Kau tahu Prof, dia itu adalah kembaranku yang bernama Fotocopy"

"Lho, kenapa kau harus lari dari kembaranmu?

"Aku dilarang bertemu kembaranku."
"Ini adalah bagian takdir produk kegilaan, Prof.... bertemu fotocopy adalah Pantang dan sangat berbahaya bagi posisi Ayahku - walau dia tak mengakui aku anaknya. Dengan cara ini, Ayah akan selamat karena dia punya mulut pintar. Sudah kukatakan mulut, hati dan logika punya agenda sendiri. Sementara aku tak mengerti sedang berada di posisi yang mana. Semua tergantung kebutuhan Ayahku"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun