Ratap kesakitan dan teriakan minta tolong berebutan Â
setiap aku memandang pintu dan jendela.Â
Wajah-wajah ketakutan, berlumuran darah tak pernah lelah mengganggu tidur malamku.
Hidupku mengalir dalam alunan kehampaanÂ
yang tak henti-hentinya mendendangkan syair: Â Â Â Â Â Â Â Â Â
"Apa yang kautanam, itulah yang kautuai."
Kehampaan ini
Menjadi guruku selamanya.
Aku kembali kepada-Nya.
(Jakarta, 2004020)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!