Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kala M Melawan Takdir Viral, Jangan Jadikan Duta UU ITE!

15 Agustus 2022   15:08 Diperbarui: 15 Agustus 2022   15:25 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
UU ITE Alfamart: Detik.com

Sikap ini tidak menambah daftar panjang arogansi karena uang dan mampu  menyewa pengacara, bagaimana di jalanan, di pesawat, orang bisa melakukan apa saja karena nanti bisa minta maaf, malah jadi duta ini dan itu. Kan ngaco, jangan jadi duta UU ITE lho M ini, jika iya, makin parah deh kekacauan negeri ini.

Pembiaran pelaku arogansi karena uang, jabatan, dan kekuasaan masih demikian kuat. Mbok coba dibalik, jika itu mengena pad anak, cucu, atau keluarga kita? Apalagi sama-sama pedagang. Jangan karena merasa lebih sehingga bisa melakukan hal yang seenaknya sendiri.

Hal yang sering terjadi bukan? Mak-mak ngamuk ke pramugari karena ditegur, anak pejabat  ngamuk karena ditegur kakinya tidak sopan, pejabat minta pesawat balik, orang menampar orang lain, padahal dia yang salah.

Gibran sebagai walikota bagus dalam bertindak. Ia meminta paspamres yang memukul warga Solo untuk minta maaf.  Perlindungan bagi warga padahal paspamres itu pengawalnya. Bisa dibayangkan biasanya warga yang akan dijadikan kalah-kalahan.

Pelajaran berharga, bahwa semua orang, manusia, pribadi itu sama. Perbedaan pada peran, fungsi, dan tugasnya di dunia ini. Manusianya sama. Sayang bahwa tabiat feodalisme di negeri ini masih demikian kokoh. Miris 77 tahun merdeka, namun arogansi atas nama kekayaan dan kedudukan itu masih demikian lekat.

Agama yang seharusnya menjadikan orang menghargai manusia lain karena karakkternya teryata belum bisa. Mengapa? Karena agama masih sebatas ritual, apal, sama sekali belum menyentuh amal dan membedakan mana yang baik dan buruk.

Pendidikan. Sebatas nilai akademik, lulus UN, tingginya nilai bukan proses mendapatkan nilai itu. Kebocoran ujian, menyontek, menyuap agar masuk sekolah idaman jelas membuat orang bingung dengan standar moral.

Keteladanan. Elit negeri ini tidak memiliki sikap yang baik mengenai moralitas. Ngeles jika ketahuan, mengaku dibajak jika terdesak, dan meterai cemban jika mentok, itu juga dilakukan elit agama apalagi politik. Sikap teladan buruk itu sangat mudah menular dan menjamur.

Penghargaan atas kekayaan, jabatan, dan kekuasaan sekaligus dipampang untuk mendapatkan itu semua cara-cara buruk pun dipertontongkan dengan sangat vulgar. Mengerikan, ditingkahi senyam-senyum padahal kriminal, maling lagi. Menghargai proses tidak mau, budaya instan.

Hiburan tidak sehat. Lihat saja FTV, sinetron, film kisahnya itu-itu saja, rebutan kekayaan, pasangan, dan citra glamour, enggan kerja keras.  Padahal melek literasinya rendah, masih disuguhi tontonan yang murahan. Sudah klop. Di depan mata, kesaksian, keteladanan, hiburan, pendidikan, saling mendukung menuju kepada kesuraman.

Hentikan arogansi karena manusia itu sama. Rendah hati dan tahu diri itu ciri beragama yang hakiki, bukan malah sebaliknya.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

  

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun