Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gerahnya Kandang Banteng

7 Juni 2022   10:13 Diperbarui: 7 Juni 2022   10:26 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masalah kedua mengenai relawan. Dua hal lagi yang layak dicermati, ia, Trimedia mengaku ia butuh uang banyak hanya menjadi anggota dewan, relawan itu tidak mungkin tanpa uang. Ganjar punya uang dari mana? Logis. Karena ia tidak punya prestasi, maka membeli pemilih.

Relawan itu urunan, saweran, dan bantingan, mengumpulkan uang sendiri untuk aktivitas mereka. Jangan naif, ia paham zaman Jokowi juga banyak yang jalan dengan model demikian.  ia hanya panas dan mau merendahkan relawan, dan jangan kaget kalau itu nanti berimbas pada suara bagi PDI-P.

Ganjar juga bukan pimpinan daerah yang terlalu banyak dibicarakan dengan kasus uang. Aneh dan lucu komentarnya. Kalau di balik, uang Puan dari mana begitu banyak baloho? Benar, bahwa suami Puan itu pengusaha, namun jangan terlalu naif ketika menyasar pihak lain dan malah membuka ruang  serangan bagi pihak yang berbeda.

Ketiga, sekjend PDI-P, Hasto Kristianto. Mengatakan, jika mereka, PDI-P tidak takut kehilangan suara dari relawan Jokowi. Benarkah demikian? Perlu dicermati dengan sangat serius.   

Satu, mereka, PDI-P itu pemenang pemilu 99, namun 2004, ketika Mega menjadi presiden kalah oleh Golkar.  Pada tahun yang sama, Megawati tidak bisa menjadi presiden, padahal menjadi pemenang kedua, dan malah SBY sebagai calon dari parpol nomer lima. Ini sebuah tanda dan signal serius bahwa Megawati bukan seorang pendulang potensial suara pilpres.

Pileg 2009 tidak bisa menjadi sebuah acuan, karena posisi PDI-P sebagai oposan dan penyelenggara pemilu menang itu wajar. Tidak cukup gede dampaknya dalam percaturan politik.

Pemilu 2014 dan 2019 itu suara pemilih Jokowi melimpah ke PDI-P bukan sebaliknya. Lihat persoalan 2004 dan 2009, seperti apa PDI-P. Efek Jokowi sangat besar, bisa menang di dua peilu, 2014 dan 2019 itu karena capres mereka yang sangat tepercaya. Publik melihat reputasi dan capaian Jokowi di Solo, Jakarta, dan periode pertama pemerintahannya.

Jika Jokowi memble, belum tentu 2019 bisa menang melawan Prabowo. Apa yang dilakukan PDI-P pada pilpres 2019?  Jauh lebih berjerih lelah relawan.

Apa yang PDI-P lakukan melawan fitnah, caci maki, dan juga serangan pada Jokowi bahkan keluarga? Tidak ada, relawan yang berjibaku melawan itu. Ini juga      jawaban untuk poin dua Trimedia yang menyoal relawan.

PDI-P memang memiliki pemilih fanatis, loyal, solid, namun zaman berkembang. Lihat saja mentok seperti 2004 suara PDI-P itu. Bisa berjaya ya karena kader dan tokoh yang ikut terlibat di dalamnya, seperti Jokowi dan Ahok. Ganjar termasuk di sana.

Keberadaannya yang masih nasionalis dan peduli pada nilai-nilai kebangsaan menjadi nilai  tambah partai ini.  partai lain masih sukar dipegang komitmennya mengenai hal tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun