Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gatot Nurmantyo, Letjend Dudung, dan Panglima TNI

28 September 2021   19:34 Diperbarui: 28 September 2021   19:38 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika komunisme yang ada di China, tidak akan ada kepemilikan pribadi dan juga industri demikian pesat. Kapitalis malah lebih dominan.

Keterbukaan China juga jauh lebih terbuka. Membangun relasi hingga Afrika. Mengundang mahasiswa dari luar untuk studi di sana. Mana ada paham komunis seperti itu.

Vietnam pun setengah hati dalam konsep komunis. Mereka membuka keran investasi. Kecenderungan keterbukaan makin menguat. Perkembangan mereka sangat pesat. Lagi-lagi fakta komunisme itu sudah tidak laku, boro-boro bangkit.

Korea Utara. Satu-satunya negara yang masih cukup ketat dan kaku dengan komunismenya. Toh bisa dipahami seperti apa keberadaan mereka. Apa iya mau seperti itu, sedangkan di sini sudah sangat bebas, bahkan memaki dan menmfitnah sekalipun. Apa iya mau berubah seperti itu?

Herannya, kenapa pas jadi Panglima TNI dulu si komunis ini belum bangkit? Kog tiba-tiba kini ada dan menyusup sampai ke tubuh TNI. Kan aneh, segitu cepatnya.

Pelarangan komunisme di Indonesia ini sangat masif dan bahkan juga represif. Jangan ditanya bagaimana ribetnya mendapatkan stampel OT dan PKI. Apalagi jika sampai alumni Buru atau Nusa Kambangan. Trauma yang amat dalam itu tidak akan mungkin membuat orang berani mencoba, apa juga untungnya kini menghidupkan luka lama itu?

Faktor pendukungnya sudah tidak ada. orang-orangnya banyakan sudah renta, anak-cucunya sudah pasti ogah, wong hidup sudah baik-baik saja, mengapa kudu ribet dengan masa lalu,

Benar, bahwa waspada dan hati-hati itu penting. Namun tidak perlu juga paranoid. Indikasi itu jarang banget ada aksi atau bahkan pemikiran. Ya karena di dunia juga sudah usang. Tidak ada yang membuat orang melirik, terkesima, dan kemudian meniru. Jauh lebih indah dan menjanjikan kapitalisme, di mana orang sudah fokusnya pada materi kog.

Sekadar upaya dan usaha untuk kepentingan politik dengan mendengung-dengungkan hal yang itu-itu saja. Padahal ultrakiri sudah selesai. Malah ultrakanan masih susah diselesaikan karena berbagai  kepentingan terlibat.

Masih banyaknya politikus yang memanfaatkan ceruk dari penganut paham ultrakanan. Mereka bersama-sama di dalam kepentingan. Masalahnya adalah mereka ini susah kalau sudah menang. Lihat saja bagaimana pengalaman Timur Tengah lebih banyak porak poranda karena perebutan kekuasaan. Kapan membangun dan sejahtera jika demikian coba?

September sudah hampir habis. Pembicaraan komunis juga akan habis. Kembali pada tahun depan lagi, dengan kisah yang relatif sama. Dinamika yang indah, tidak usah dijadikan polemik dan panas-panasan.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun