Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bambang Triatmodjo, Oligarki Politik, dan Gelora

18 September 2020   21:29 Diperbarui: 18 September 2020   21:43 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Toh tidak bisa juga senaif dan sesederhana itu. Sangat mungkin   kog "menurunkan"  meskipun bukan darah daging, atau keturunan. Pemilihan yang direkayasa demi kemenangan pihak yang sama, jangan sampai rival atau pihak lain yang menang, dalam konteks tertentu ini juga oligarki. Itu semua sangat mungkin.

Oligarki dan juga kolusi, nepotisme. Pemanfaatan jabatan, kekuasaan demi kepentingan keluarga dan kelompok. Konteks yang sama, bagaimana reputasi Orde Baru, Soeharto dengan kroni dan anak-anaknya yang demikian menggurita bisnis dan usahanya.

Kini dengan menuntut Menkeu, apakah PTUN akan mengabulkan dan meloloskan Bambang bebas pergi tanpa membayar hutang?

Kemungkinan sangat kecil menang. Mengapa?

Keadaan sudah berubah. Fans setia dan bak babi buta kepada Soeharto sudah makin sedikit yang masih aktif.  Mereka sudah habis. Lihat saja hutang ini sudah 23 tahun, masa kerja aparat kan hanya 30-an, masih pegawai muda, baru jika saat ini masih aktif, belum demikian memuja dan setia sebagaiman awal-awal reformasi lampau.

Penyitaan harta Tommy dan yayasan-yayasan yang dikelola anak dan kerabat Soeharto sudah mulai dan sedang berjalan. Ini fakta, bukan hanya akan-akan saja. Artinya ini adalah bagian dari upaya negara mengembalikan kekayaan negara bagi kesejahteraan bangsa, bukan hanya pribadi dan keluarga saja.

Mencoba melalui jalur politik resmi dengan pendirian parpol toh sepi peminat. Mereka tetap tidak akan laku, selain hanya penggemar setia yang hanya segelintir itu. Tommy yang berangkat dari Papua saja tidak bisa lolos Senayan. Masa lalu yang tidak mereka geluti dan pelajari, kini mereka mau mengejar ketertinggalan, sudah tidak bisa.

Pantas saja semua peristiwa ujungnya jatuhkan, ganti Jokowi, ternyata Cendana tidak bisa tidur nyenyak, pesta bisa bubar jika keadaan seperti ini terus-terusan terjadi. Mereka ini  serombongan anak-anak mami yang tidak bisa apa-apa.

Kekuatan mereka itu pada uang, menggerakkan segala daya dengan uang, menyogok dan membayar massa demi keamanan diri mereka.  

Politik itu dinamis, lihat saja bagaimana Gelora terutama Fahri, apakah ini efek pemberian anugerah pada Hari Kemerdekaan kemarin? He..he..bahan kajian artikel lain. Yang  jelas, bahwa politik itu ya kekuasaan dan kepentingan, waktu politik masih lepas dari ranah etik.

Layak ditunggu gerak politik negara ini, makin membaik dengan reputasi pemerintahan yang bisa dipercaya, riak kecil dari masa lalu itu wajar. Mereka hanya bisa tantrum tapi tidak lagi memiliki kekuatan dan cukup keberanian karena memang tidak mampu dan mengerti keadaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun