Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PKI dan Kadrun Membawa Sanksi bagi Poyuono karena Tenggelamkan Gerindra

19 Juni 2020   08:47 Diperbarui: 19 Juni 2020   08:48 1967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PKI dan Kadrun Membawa Sanksi bagi Puyuono, karena Tenggelamkan Gerindra

Cukup menarik apa yang terjadi dalam masa pandemi covid-19 ini dalam perpolitikan nasional. Isu PKI dan dunia medsos bergantian menghiasi pemberitaan di tengah kisah covid dengan segala keanehan masyarakatnya. Minta lock down, tetapi hanya pembatasan saja tidak setia, eh malah orang-orang politik tidak henti berulah.

Hutang lah, soal ideologilah, kasus hukumlah, dan lucu dan luar biasanya ujungnya ganti Jokowi. Belum pernah ada dalam sejarah semua tema ujungnya pecat, atau ganti, tuntutan ganti presiden. Mana tidak aneh, ketika mereka ada masa untuk pemilu, merasa pemilik suara gede, toh tidak ikut, atau ikut tapi kalah. Bagaimana bisa mengaku demokratis tapi kelakuan barbaris?

Drama sih kalau kata-kata Poyuono yang mengatakan kalau permainan dan isu PKI itu adalah gawe kadrun. Kadrun siapapun tahu mereka ada pada pihak mana. Lebih membuat panas kuping,  ketika Puyuono menyebut Presiden Jokowi, Kang Mas Jokowi. Dua hal yang membuat panas kuping, bagaimana tidak, biasanya kubu mereka itu sangat merendahkan presiden Jokowi, baik jabatan atau pribadi, kali ini Kang Mas, intim, dekat, dan akrab.

Tudingan permainan PKI sebagai kelakuan kadrun. Lha ini juga siapa yang tidak panas. Pelecehan kubu lawan dipakai rekan sendiri. Bayangkan saja kalau pas muka bisulan diledek orang yang gak kenal atau yang tidak suka sih paling tidak peduli. Tapi pas rekan dekat yang mengatain, syukur bisulan, kebanyakan intup sih, mangkel tidak?

Sama dengan apa yang dikatakan Puyuono, maka timbul taggar tenggelamkan Gerindra. Lucu dan malah membuka kedok siapa-siapa di balik permainan aneka taggar itu. reaksi yang jelas tidak disadari karena perilaku mereka yang memang emosional, responsif, dan spontan dalam bersikap. Cukup trendding di media sosial.

Toh mereka ahli memang untuk itu, dan lebih lucu adalah sikap Habiburohman yang menyatakan akan memberikan sanksi pada Puyuono. Mengapa lucu?

Pertama, model Puyuono ya begitu. Perlu diingatkan lagi, pas masa kampanye dulu, ia juga meledek AHY sebagai sekelas dandim. Levelnya terlalu jauh kalau berbicara cawapres, level nasional. Itu rekan koalisi mereka lho, yang masih sakit hati  malah diledek. Artinya Habiburohma lebay enyikapi teman sendiri.

Kedua, lha memang berdampak apa yang terjadi dalam dunia maya itu? Taggar-taggar itu hanya riuh rendah di medsos. Di dunia maya sama sekali tidak berpengaruh. Lucu saja jika Habiburohman takut dengan peneggelaman ala medsos ini. Perlu belajar kepada Kang Mas Jokowi untuk tidak takut semata taggar.

Ketiga, mosok mereka tidak paham gertak sambal ala taggar siapa pemain dan sutradaranya. Mereka itu-itu saja, menaikan taggar yang poin di atas tidak berdampak. Yah yang takut sih bolehlah seperti Habiburohman ini. Lucu saja ketika taggar membuat mereka malah ribut sendiri.

Keempat, mau akun orang, atau malah mesin, mereka toh tidak punya hal pilih, mengapa perlu ditakuti. Bahaya malah karena sangat mungkin mereka ini semata orang iseng, bukan serius. Tanggapan serius yang membuat para penonton terbahak.

Kelima, upaya politik untuk menenangkan yang tersinggung sih penting juga. Lha ketika Puyuono juga merasa tidak salah bukan membuat pihak yang tersinggung menjadi tenang. Makin runyam iya. Ini yang harus dicermati Habiburohman. Jangan lupa model Puyuono itu tidak mudah dikendalikan. Nampak jelas komunitasnya berbeda pula.

Keenam. Gonjang-ganjing para pendukung Prabowo capres memang menguat. Itu salah satunya ada pada kedekatan Prabowo pada presiden saat ini. Aset mereka itu ya yang tersinggung dikatakan oleh Puyuono kadrun itu. upaya Habiburohman untuk menjembatani ketersinggungan ini tidak mudah.

Sama juga anak baru nangis karena diledek, si peledek malah joget-joget. Mau ditawari es krim. Jajan, atau apapun tidak akan mempan. Tangisan makin kencang. Lucu saja sanksi yang dikatakan Habiburohman.

Seolah Habiburohman ini lagi tersesat di Jembatan Semanggi. Mendiamkan pernyataan itu jelas makin keras tangisan dan guling-gulingnya. Menyatakan mau menegur dan memberikan sanksi padahal yang  mengatakan merasa benar. Kedewasaan berpolitik memang masih cukup rendah. Dikit-dikit tersinggung, berbeda sebagai musuh.

Memang sedang darurat humor kelihatannya hidup berbangsa ini. Sedikit-sedikit  pelecehan, penghinaan, atau malah sampai bunuh segala. Jika menghadapi dengan senyum, melihat dengan kaca mata komedi, semua malah lebih indah.

Senggol bacok, ancaman, hukuman, dan intimidasi, menggunakan pradigma mayor-minor, seolah menjadi panglima dalam hidup bersama. Mudahnya tersinggung, tersulut emosi hanya karena becanda, saling serang sebab sepele, memperlihatkan bagaimana emosi anak bangsa ini sama sekali tidak tersentuh oleh sisi spiritual.

Mana ada sih orang yang spiritualnya tinggi, religiusitasnya baik, namun sangat mudah tersinggung. Sedikit-dikit penistaan, pelecehan, dan ketika menjadi pelaku pelecehan dengan sangat mudah meminta maaf dan mengulangi lagi. Tabiat buruk yang seolah tidak menjadi kesadaran, hal ini jauh lebih memilukan. Berbahaya bagi hidup bersama.

Mengaku negara demokrasi, tetapi menyikapi perbedaan dengan otot, kekuasaan, kekuatan. Berbeda sebagai musuh. Ini sih bukan demokrasi, barbar yang ada. Hukum rimba, kekuasaan yang menindas.

Bangga negara beragama, tetapi perilaku munafik dan tidak tahu malu demikian kuat. Sikap bertanggung jawab tidak ada. Sabar yang menjadi dasar sikap orang beriman nyatanya nol besar.

Terima kasih dan salam

Susyharyawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun