Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Amien Rais, Gus Dur, dan Megawati

1 April 2020   14:17 Diperbarui: 1 April 2020   14:33 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Posisi Amien yang demikian, layak jika mendapatkan balasan kemarahan dari pendukung baik Gus Dur ataupun Mega.  Meskipun naik menjadi presiden toh harus dengan jalan berputar dan merusak relasional dengan Gus Dur.

Layak jika ada yang mengarakan Amien Rais akan menjadi gelandangan politik. Kog naga-naganya memang akan ke sana. Usai 2014 meradang karena ada tukang kayu yang maju dan melaju dengan gagah menjadi presiden. suara nyaringnya terdengar sepanjang periode lima tahun. Ada kadernya yang duduk dalam kabinet. Ini yang membuat banyak orang makin tidak simpati.

Menjelang pilpres 2019, makin menjadi. Dan anak beranak pun demikian. seolah menjadi kompor yang sama sehingga bisa membakar apa saja. Eh malah panggilan polisi karena adanya operas plastik rekayasa ala Ratna Sarumpaet. Cukup diam Amien dengan kasus itu.

Lagi-lagi jagoannya kandas. Dan tidak juga mereda keinginannya untuk tetap menjadi seseorang. Toh dalam pemilihan langsung juga langsung tersingkir dalam pemilihan putaran pertama. Seusai penghitungan keadaan memanas. Toh ia juga masih ikut di sana.

Kini, tahun 20, keberadaannya makin suram. Partai yang ia besut dan besarkan malah mendepaknya. Lebih miris ia didepak oleh besannya sendiri. Politik tidak mengenal besan atau kawan, politik ya kekuasaan. Mungkin ia salah prediksi, atau memang tidak bisa membaca alur politik praktis?

Pilihan untuk masa depannya yang tidak akan lagi panjang ada di tangannya. Mau marah, kecewa, dan tidak terima kemudian membentuk partai baru. Konsekuensi akan memorakporandakan keberadaan PAN dan nama Amien makin hancur.

PAN bukan partai gede yang menjanjikan suara. Mereka akan  merongrong partai sendiri. Susah mendapatkan limpasan dari partai lain. kedua-duanya akan hancur dan malah Amien bisa menjadi tertuduh selaku biang kerok.

Militansi pemilih PAN dan Amien tidak ada. Berbeda dengan PDI dan Mega atau Sukarnoismenya. Mereka pecah dan bisa menjadi embrio dan makin besar. Konteks ideologis yang membesarkan PDI-Perjuangan. Akan berbeda dengan PAN-P atau R atau apapun namanya. Tidak ada harapan dan kejelasan ke depannya.

Kader-kader PAN juga biasa saja, tidak ada yang istimewa untuk bisa menjual makin besar, mau ada Amien atau tidak. Artinya perpecahan akan membuat makin suram. Lekat ingatan soal kader yang masuk jeruji KPK lebih kuat. Ini miris karena lahir usai reformasi malah sama saja tabiatnya.

Jauh lebih bijak Pak Amien mandita, menjadi enasihat spritual, bukan hanya PAN, namun berbangsa. Negarawan menggantikan almarhum Habibie yang bisa bersikap dengan baik mendampingi presiden penggantinya. Ini juga lebih bermanfaat dan namanya bisa kembali baik.

Pilihan tentu ada di tangannya, siapa yang bisa memberi tahu kaliber Amien. Toh tidak akan ada harapan dengan partai baru.

Terima kasih dan salam

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun