Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ada Nasdem di antara PKS dan Gerindra demi Wakil Anies

9 November 2019   08:44 Diperbarui: 9 November 2019   08:47 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada Nasdem di Antara Gerindra dan PKS demi Wakil Anies

Kemarin dalam munasnya Nasdem "memberikan" panggung pada Anies dan "melupakan" Jokowi. Pilihan politis yang sangat berisiko, itu sudah terulas kemarin-kemarin dalam beberapa artikel. Kali ini mengupas dengan pokok bahasan pada waki gubernur Jakarta. Wagub yang lowong karena pilihan kesusu Sandiaga Uno.

Pilihan pelik bagi Gerindra, karena tidak akan begitu saja melepaskan Jakarta dalam penguasaan penuh Anies dan PKS, makanya mereka mengajukan empat nama. Jelaslah ini soal  keterwakilan, posisi Anies yang bukan kader, simpatisan, dan juga mudah melompat ke sana ke mari, sangat dipertimbagkan Gerindra untuk tidak bebas dan lepas.

Keberadaan Sandi jelas lebih kuat posisi bagi Gerindra. Mengapa dulu mundur, ya siapapun yang maju dalam pemilihan kan berpikir menang. Hanya saja kalkulasi politik dan kebersamaan dengan beberapa elemen memang menjadi kartu mati.

Gerindra yang dulu melepaskan begitu saja nama-nama dari PKS jelas karena pertimbangan politis untuk tetap mendapatkan dukungan penuh dari PKS yang terkenal loyal pemilihnya. Memberikan angin segar sedikit saja alias PHP ya wajar dalam berpolitik, yang terlalu polos ya PKS-nya.

PKS yang jelas pada posisi lemah dan sulit kala itu cukup senang dengan izin dan restu Prabowo untuk mengajukan dua nama. Dan dalam pembahasan pun banyak muncul keanehan, baik dari Gerindra, bahkan Golkar yang tidak pada kapasitasnya pun ikut kala itu. Jelas ini soal permainan semata.

Posisi PKS sebenarnya tidak cukup kuat ketika memaksakan wagub adalah jatahnya, karena dulu mereka juga tidak memiliki kader di dalam dua calon. Memang Anies sangat abu-abu demi kepentingan bisa ke PKS atau Gerindra.  Ketika ada empat nama yang diajukan Gerindra, PKS pun bingung lagi.

Kali ini PKS lebih percaya diri dan kuat karena suara mereka meningkat. Kondisi Jakarta yang sedang "kacau" juga lumayan untuk ikut di dalam keadaan itu. Kampanye gratis, apalagi jika dapat limpahan gubernur jika ada apa-apa dengan Anies. Ini kondisi yang dilihat dan dicermari dengan amat serius oleh kedua parpol.

Nasdem hadir. Cukup kuat aroma Nasdem bagi keberadaan Anies. Malahan Nasdem yang cukup kuat membela ketika Anies dalam sorotan demikian tajam mengenai ugal-ugalannya anggaran 2020. Gerindra bukan membela Anies namun menghardik Wiliam. Ini berbeda konteks dan kepentingan berpolitik tentunya. Gerindra diam saja soal polah dan kondisi Anies.

Padahal Nasdem bukan pengusung Anies dalam pilkada DKI 17. Mengapa mereka yang paling depan, duluan, dan keras, mengalahkan Gerindra dan PKS. Kepentingan 2024 tentunya. Beda dengan Gerindra dan PKS yang agendanya berbeda.

Anies malah jelas lebih kebingungan, dia harus berhitung demi kepentingan dia dan 2024 dengan sangat kuat. Gerindra atau PKS, mereka jelas tidak pernah membela apapun perilaku Anies yang sedang dalam kondisi tersudut. Posisi yang tidak cukup menjanjikan bagi perpolitikan Anies.

PKS hanya berbicara soal pembukaan atap JPO yang terlalu tidak signifikan, malah menjadi candaan dan guyonan yang tidak berkelas. Cenderung asal bicara dan tidak cukup membantu. Hanya itu, soal anggaran diam seribu bahasa.

Keberadaan Anies yang nonpartai sangat riskan. Ia membela Nasdem toh mati juga karena ia diajukan oleh PKS dan Gerindra. Mereka sangat mungkin berulah demi menjatuhkan dia dengan menunggang banyak kasus yang sedang terjadi. pasti dia berhitung juga dengan ini. Dia   paham, moncong senjata partai politik semua mengarah kepadaya kog.

Serangan dan tudingan ke mana-mana itu jelas mempertontonkan kepanikannya. Dia tidak sekuat yang diperkirakan banyak orang. Benar dia banyak pembela dan pendukung fanatis, hanya kondisi 2017 dan kini berbeda. Konteks sangat berbeda. Pembela di media sosial belum tentu juga berani lantang kalau berhadapan. Ini pasti juga sudah dikalkulasi oleh Anies.

Panggung yang disediakan Nasdem malah sedikit banyak mempersulit posisi Anies untuk mendapatkan wakil. Toh bagi Nasdem itu bukan soal demi 2024, jika ada apa-apa, Nasdem juga masih bisa angkat kaki dan balik badan. Ingat ini politik, jangan baper dan mikir matematik.

Kedatangan Nasdem yang menjanjikan tentu tidak akan disia-siakan Anies namun bagi PKS dan Gerindra hitungan politiknya berbeda. Posisi dilematis ini yang sangat membahayakan justru bagi Anies jika tidak cerdik memperhitungkannya. Bisa malah membuat partai pengusung meradang dan berulah, bisa celaka.

Apa yang ditampilkan selama ini sangat riskan dipermainkan seperti kucing menangkap tikus. Oper sana oper sini. Lihat saja  sepanjang tahun tanpa wakil sama sekali tidak dipedulikan, keberadaan Jakarta seperti apa juga tidak dipikirkan, tetapi jika ada kursi yang cukup menjanjikan, mana tahan mereka untuk diam.

Kemungkinan ini mereka berhitung dapat limpahan kursi gubernur sangat besar, jangan dikira mereka diam saja. Mengapa tiba-tiba maju dengan nama-nama baru. Dan jangan pula kaget kalau nantinya yang jadi adalah dari Gerindra.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun