Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo Mendadak Kritis pada Anies

29 Oktober 2019   10:24 Diperbarui: 29 Oktober 2019   10:37 2260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Prabowo Mendadak Kritis pada Anies

Cukup mengagetkan, ketika Prabowo memerintahkan Fraksi Gerindra DKI Jakarta kritis pada Anies Baswedan. Mengapa aneh? Karena sejak awal Anies sudah ugal-ugalan dalam bekerja, termasuk Fraksi Gerindra dalam bertugas, toh diam saja. Mengapa ketika menjadi mnteri langsung bersikap bertolak belakang?

Agak aneh jika mendadak melakukan tindakan yang sangat drastis. Apalagi fraksi yang diperintahpun kinerjanya tidak kalah buruknya. Persoalan wagub yang sudah lebih setahun ini kan tanggung jawab fraksi dan partai, toh didaimkan saja. Ada kecenderungan Prabowo tidak tahu apa-apa soal Jakarta dan pemerintahan serta dinamikan di sana.  Pantes saja jika Jakarta makin mules.

Jangan mengatakan sedang dipikirkan ketika hal yang sederhana saja sampai setahun, dan gubernurnya pun lemah di dalam eksekusi kinerja. Jauh lebih banyak masalah dan persoalan yang ada. Anggaran yang melambung dna kemudian tiba-tiba menyusut, ada defisit anggaran pula. Apalagi yang baru dan menjadi menhan, mana paham dia.

Persoalan Anies ini bukan barang baru, jadi ketika Prabowo mengatakan kritisi dan ada pengamat yang mengatakan akan menaikan citra Anies, Prabowo, dan Gerindra, beneran? Coba dicermati.

Pengamat itu mengatakan akan menjadikan peran pengawasan makin kuat dan nada dari oposan itu menjadi senada dan tidak akan dominan sebagai sebuah kritikan tajam yang merusak keberadaan Anies. Bener? Ini soal kualitas dan kinerja, bukan soal politis, mau dikritik atau dikatakan buruk semakin banyak orang dan pihak, mosok bisa menaikan citra?  Koplak namanya. Ketika oposan dan pengusung senada dalam hal yang positif, jelas itu karpet merah, lha kalau jeblok mana bisa memberikan nafas baik.

Gerindra pun mendapatkan efek ketika citra Anies makin menurun. Jakarta meskipun akan menjadi mantan ibukota, toh untuk sampai tahun 2024 di mana kontestasi masih menggunakan Jakarta sebagai salahs atu barometer. Jakarta yang menurun, mundur, dan tidak beranjak baik itu bukan semata Anies tetapi juga Gerindra termasuk di dalamnya.

Mau melakukan kritik sudah terlambat, bagaimana bisa dalam dua tahun diam saja, pembiaran ugal-ugalan, kemudian menjadi galak, Anies pun akan santai mengatakan sendirian itu berat. Selesai, dan kader Gerindra masih kalah kelas permainan kata dan narasi dari Anies jika berdebat soal ini.

Omong kosong jika Gerindra mendapat keuntungan dengan sikap kritisnya. Berbeda jika mereka mengajukan wagub dan bisa mengubah peta perpolitikan Jakarta menjadi lebih baik. Pembangunan masif, anggaran sangat terbuka, bukan kembali ke zaman batu. Tetapi apa mampu dan ada kader yang mampu mengendalikan Taufik dan Anies?

Jika Taufik menjadi wagub pun jangan harap ada perubahan yang signifikan di Jakarta. Rekam jejak prestasinya sama sekali tidak ada. Akan 11 12 dengan gubernurnya,  tidak memberikan perubahan dan harapan membaik. Sama saja. Ini persoalan jangan dikira dengan tiba-tiba kritis itu membawa dampak besar. Nol besar.

Demi 2024, jika Prabowo moncer menjadi Menhan, sangat mungkin Prabowo maju lagi. Mau dengan Anies sebagai wakil, sangat tidak akan mungkin. Partai besar lain seperti Golkar apalagi PDI-P tentu akan mengajukan juga calon. Tidak akan membiarkan Prabowo melaju bersama Anies. Berkoalisi dengan Prabowo itu sangat mungkin, peta yang berbeda dan ulasan lain.

Susah melihat Anies bisa melaju untuk periode kedua dengan keanehan yang telah ia capai selama ini. hal positif mana yang membuat yakin ia mampu bertahan dan memenangkan pilkada mendatang. Jargon gubernur rasa presiden itu kan di media sosial, belum tentu mereka memiliki hak pilih.

Pemilih buta Anies ada pada kelompok yang memiliki afiliasi pada FPI, PPA 212, dan sejenisnya, dan itu akan makin tidak tenar dengan apa yang sudah anggota kabinet nyatakan. Dan kondisi yang jauh berbeda dengan 2017 tentu sangat berat bagi Anies untuk bertahan.

Anies Baswedan bukan orang parpol, sangat mungkin bahwa ia akan disingkirkan, ingat di Jakarta kemarin Prabowo pun tidak menang. Apalagi ini ditambah ia sudah ada dalam gerbong yang memiliki kecenderungan berbeda dengan Anies.  Untuk menapaki menjadi cagub saja sudah ngos-ngosan, apalagi menang, apalagi naik menjadi capres.

Jauh lebih penting Gerindra menyiapkan kader yang lebih mampu menangani Jakarta dengan gambaran gamblang masalanya itu. mengritisi kepala batu buat apa. Lihat saja sebentar lagi penghujan, seperti apa Jakarta tanpa persiapan, menyalahkan pihak lain palingan, tidak malu Pak Menhan?

Tanah Abang kembali kacau, anggaran tidak jelas, tim gemuk makan anggaran tanpa hasil, wagub kosong, mau apa yang dikritisi lagi Gerindra, itu menepuk air terpecik muka sendiri. Kini bukannya saat untuk gagah-gagahan, perlu sikap dan tindakan tegas, agar jangan makin memalukan. Apalagi sudah menuding adanya kesenjangan segala, padahal dia juga gubernur.

Mau menjadi presiden itu sah-sah saja di negara demokrasi, namun juga bukan hanya narasi apalagi nasi bungkus, berikanlah bukti dan prestasi gede, bukan hanya habiskan anggaran jumbo hasil nol.  Itu sih banyak, tukang jamu juga bisa omong banyak, hasil kecil, orang seneng, dagangan gak ada yang beli.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun