Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pekerjaan Rumah Jokowi-Ma'ruf Amin Itu Bukan Prabowo, Namun Ini...

1 Juli 2019   10:42 Diperbarui: 1 Juli 2019   19:25 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pekerjaan Jokowi-Makruf Amin itu Bukan Prabowo, namun ini...

Pemeritahan yang sah telah ditetapkan oleh pemilu dengan segala prosedurnya. Tinggal pelantikan dan menantikan kabinet yang akan bekerja untuk lima tahun ke depan. Hiruk pikuk kampanye dan segala persiapan seharusnya sudah tidak ada lagi. MK sudah final dan KPU menetapkan sesuai dengan pemilihan bahwa Jokowi-Makruf Amin adalah pasangan terpilih.

Sering dianggap kalau Prabowo merupakan rival yang paling menjadi beban untuk ke depan.  Pribadi Prabowo sama sekali tidak demikian. berkali ulang saya menuliskan tentang ini, pun Luhut dan Presiden Jokowi juga sering mengatakan itu. Soal bahwa adalah upaya, ngumpak, atau hanya bahasa psikologis, toh memang benar terjadi lima tahun yang sudah berjalan.

Prabowo pribadi menunjukkan beberapa  posisi krusial baik dan benar dalam mendukung Jokowi. Namun banyak pihak yang memanfaatkan posisi Prabowo yang cukup kuat dan bahkan paling kuat untuk bisa bersaing kuat dengan Jokowi, dan itu sudah terbukti.

Ini adalah indikasi faktual yang tidak bisa disepelekan dan juga tidak bisa dianggap enteng dan tidak bermanfaat. Namun kebersamaan dengan beberapa pihak yang membuatnya berbuat ugal-ugalan itu melahirkan kelompok yang perlu dicermati lebih jauh.

Posisi Prabowo yang kalh lagi membuat beberapa pihak kalap. Salah satunya ditujukkan dengan tudingan Prabowo pelac*r, maaf, sangat tidak elok, di jalanan, media juga mengumpat demikian. Siapa di balik ini, tentu besar dan penting karena bisa memanaskan situasi bagi kelompok yang hendak mengail di air keruh.

Salah satu yang mungkin jelas teroris. Di mana ia bisa mendompleng apapun demi bisa membuat situasi tidak kondusif dan keadaan makin kacau. Hal yang patut diwaspadai bukan semata pemerintah, namun seluruh bangsa termasuk Prabowo dan teman-teman.

Kelompok yang mendompleng Prabowo era lalu-lalu yang memberikan narasi Antipancasila terus-menerus. Warnanya, arahnya, dan pihak-pihaknya jelas kog. Nah kolaborasi pemerintah dan eksrival untuk membersihkan anasir ini. Alienasi mereka  sangat penting karena hidup mereka karena panggung dan corong.

Menhan menyatakan 3% militer terpapar paham fundamentalis, sama juga dengan ASN, mahasiswa, pelajar yang kisaran 20-an persen. Ini sangat serius dan harus disadari bersama. Ketika mereka sudah sangat dekat dengan kemenangan kemudian mentah lagi, mereka bisa snagat panik.

Salah satunya seperti ungkapan guru SMPN 30 Jakarta. Hal yang sangat mengerikan jika didiamkan terus menerus. Mereka jelas tahu UU namun tidak mau tahu dengan keberadaan UU bahkan dasar negara sekalipun. Pendidik saja demikian, bagaimana melahirkan generasi penerus yang berjiwa Pancasila.

Kelompok-kelompok ini menjadi penting untuk diperhatikan, dibina, atau malah dibubarkan dengan ketegasan, bukan semata demi ini dan itu dan tidak diselesaikan dengan baik. Ini perlu sangat mendesak karena dampak pembiaran sekian lama dan juga dampaknya yang luar biasa besar.

Penanganan hoax, dan fitnah yang masih berjalan belum demikian kuat dampaknya masih perlu terus menerus dilakukan dan digalakkan. Termasuk narasi ketidakpercayaan bagi pemilih Prabowo atas pemerintah yang sah.

Mengapa penting? Iya karena alam demokrasi itu  kalah dan menang hanya lima tahun, bukan kemenangan terus menerus alias kekal abadi. Salah satu yang diperbaiki adalah pola pikir ini, bukan dengan memaksakan Prabowo atau siapapun masuk kabinet atau apa. Namun mendidik kalah dan menang dalam demokrasi itu wajar dan normal.

Korupsi juga belum menjadikan pemerintah bisa bernafas lega.  Sebuah   penyakit akut yang demikian kronis, karena mau dibenahi dan disembuhkan saja masih banyak penolakan dan penyangkalan. Penegak hukum dan kekuasaan di mana-mana sudah terjangkit  penyakit ini. Sangat tidak mudah, namun bukan susah juga.

Pendidikan. Masalah mendasar yang harus dibenahi karena menyagkut seluruh sendi hidup berbangsa dan bernegara. Termasuk di dalamnya adalah sentimentil atas agama dan suku. Ini bisa diatasi dengan dan oleh pendidikan. Keberagaman yang dulu sangat biasa saja mengapa bisa menjadi hal yang sensitif ini adalah masalah serius, karena bukan dari awal sudah demikian kuat.

Literasi berpolitik. Multi kasus dalam dunia politik. Tamak, identitas, pengikut buta, kekerasan, pemaksaan kehendak, korup, dan segala masalah bermuara dari politik. Campur aduk banyak hal dengan politik.

Politik dan hukum sering berkelindan dan itu menyusahkan banyak hal dalam  penegakan hukum. Terorisme, korupsi, dan segala penyaakit masyarakat sering dijadikan tameng politik dan politisasi, hidup bersama makin kacau dan tidak jelas.

Politik identitas. Bisa agama atau kesukuan. Dan ini lagi-lagi masalah klasik yang begitu kuat, padahal dulu aman-aman saja, tidak sedemikian ekstrem lah. Mengapa kini demikian kuat? Ini juga penghambat yang serius, apalagi dua kali, pilkada DKI dan pilpres itu adalah andalan dari salah satu kubu.

Pembatasan partai dengan diatur UU tentu tidak dengan semena-mena ala Orba tentunya. Ini penting agar tidak bolak-balik ada partai yang kualitasnya sama saja, pemilihnya juga sama saja.  Jumlah partai yang tidak terlalu banyak juga tidak menyulitkan dalam pemilu.

Kabinet yang kuat, bukan soal parpol atau profesional, namun semua bisa berlaku profesional dan pekerja keras. Periode lalu sudah dilampaui dengan masing-masing jelas tampak bagaimana kinerjanya. Dan itu menjadi catatan penting ke depan agar makin moncer dan bisa makin melaju dalam pembangunan.

Penegakan hukum yang serius dan tidak perlu lagi memikirkan kepentingan apapun selain kepentingan negara. Sangat pas dengan periode kedua, jauh lebih penting adalah menyiapkan pemimpin ke depan, termasuk berani menegakan hukum dengan benar-benar adil. Ini penting agar negara tertib hukum bisa tercapai.

Menyiapkan generasi mendatang menjadi pribadi baru bukan mental budak, korup, yakin akan hoax, dan siap kalah dan siap menang. Ini menjadi serius karena memiliki elit yang ugal-ugalan seperti saat ini.  Termasuk menyiapkan kader terbaik bangsa untuk presiden yang memiliki visi dan misi yang sama dengan pemerintahan sekarang.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun