Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Potensi Menang 70% Jokowi Menguap, Mengapa?

24 April 2019   08:07 Diperbarui: 24 April 2019   09:58 3498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Hasil hitung cepat pilpres masih menempatkan Jokowi memimpin. Selisih kisaran 9% yang cukup untuk mengantar Jokowi pada periode dua bersama KH Ma'ruf Amin. Prabowo yang masih ngotot dengan kemenangannya toh akan usai pada 22 Mei nanti. Memang ini masih hitung cepat.

Ada pengamat yang mengatakan harusnya Jokowi menang di angka 70%. Sangat besar dan prestisius mungkin. Sebagian pihak dalam pembicaraan informal mengatakan, fitnah, hoaxkampanye hitam, isu PKI dan antiulama efektif. Mungkin benar, namun saya melihat jauh lebih parah itu pada tiga hal berikut. Elit yang enggan kebiasaan pesta pora lama dipangkas. Birokrasi dari lembaga negara atas sampai paling bawah yang enggan kerja keras, dan masyarakat yang kehilangan kemanjaannya.

Tiga jenis kelompok itu dipanas-panasi dengan isu fitnah dan kawan-kawan. Penyiptanya kalangan elit yang biasa bergelimang uang dengan tanpa kerja keras, hanya mengalihkan kekayaan negara menjadi milik sendiri. Mereka rela memang dipimpin pemerintahan bersih? Malas lah.

Elit dan meminjam istilah Prabowo 1% penguasa kekayaan negeri ini tentu meradang jika terus-terusan negara membaik dalam penegakan hukum, pemberantasan korupsi, dan pengelolaan tambang dan SDA  yang makin tertata. Selama ini pensiunan ini dan itu  bisa mengelola lahan, hutan, dan tambang ini dan itu.

Kebiasaan mendapatkan jatah murah meriah, tanpa modal jutaan lembar saham masuk rekening sendiri, kekayaan negara untuk hidup orang banyak yang mau dikembalikan pada aturannya. Puluhan tahun tabiat demikian sudah mendarah daging. Eh kini mau dihapus oleh orang biasa.

Mereka bisa saja mengatakan mendukung secara publik, tetapi  jalur bawah tanah mereka mengumpulkan ide, gagasan, dan jaringan untuk menebarkan kampanye buruk, dan mereka tetap baik-baik saja. Khas aristokrat kuno yang parlente, namun tangan dan badan anak buahnya  berlumuran darah dan daging pihak lain.

Mereka memiliki modal dan uang hasil dari menggerogoti uang negara, jadi mereka menggelontorkan juga dengan ringan saja. Tetapi jangan salah, mereka juga akan mencarikembalian berkali-kali lipat jika ada kesempatan lagi. Ini yang mengerikan. Munafik akut.

Kelompok menengah dan birokrasi malas. Ini tidak kurang banyaknya. Biasa naik pangkat dengan uang dan bukan prestasi. Menerima uang suap dan menyuap menjadi gaya hidup, eh tiba-tiba masih  mengumpulkan uang kena birokrasi baru. Uang sudah telanjur keluar, namun pemasukan seret.

Semua lini modelnya sama, mau militer, polisi, ASN, pun swasta berimbas demikian. Apalagi  BUMN. Penataan demi penataan mulai terlihat nyata. Pelayanan publik yang amburadul mulai jelas dan efisien, padahal dulu adalah lumbung dan atm para level atas.

Mereka ini kasak-kusuk, pemerintahan tidak jelas, pemerintahan otoriter, pemerintah antikritik, pemimpin seperti itu tidak pecus menjadi pemimpin. Tidak kurang banyaknya yang biasa main ping pong, main games, atau catur di kantor, kelayapan di mall atau ke bini muda gaji tetap, kini harus bekerja keras, mengikuti kinerja yang semestinya.

Biasa naik pangkkat dengan uang bukan prestasi, memang banyak yang mau, ketika model itu puluhan tahun telah menjadi gaya berbirokrasi? Jelas saja tidak. Enggan dan mudahnya adalah menggantikan Jokowi yang menjadi momok bagi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun