Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

M Siapakah Calon Wakil Presiden Jokowi?

9 Agustus 2018   15:21 Diperbarui: 9 Agustus 2018   15:44 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Cukup menarik, hingga H-2 nama dari bakal calon Jokowi masih sebatas inisial satu huruf M, yang mengerucut usai mengatakan mbok sabar tempo hari.

Bisa demikian banyak nama M yang cukup mumpuni, dengan awalan Muhammad, bisa Yusuf Kalla, sebagaimana Pak Jokowi katakan. Namanya jelas Muhamad Yusuf Kalla, M, ada juga Moeldoko, ada pula Muhaimin Iskandar. Tidak ketinggalan Ma'ruf Amin, M juga bukan?

Moeldoko juga cukup kuat nama ini untuk menjadi salah satu kandidat wakil presiden, ketika ia masuk ke lingkaran utama istana. Rekam jejaknya yang tidak pernah terdengar dalam kasus HAM berat, korupsi, dan kegiatan aneh-aneh, cukup menjanjikan.

Dukungan pun cukup kuat untuk menjadi salah satu kandidat yang bisa tersaring oleh pafrtai koalisi dan Pak Jokowi sendiri. Jaringan yang dimiliki cukup layak untuk bisa menjadi salah satu kuda hitam di antara para ketua umum yang berlomba-lomba, meskipun bukan ketua umum partai.

Cara menghadapi persoalan berbangsa, terutama kubu sebelah yang cenderung tidak berimbang juga cenderung dingin, tidak menambahgaduh, dan bisa terselesaikan, ini sangat penting. Rekam jejaknya cukup bagus.

Dari beberapa nama yang berawalan M, ada indikasi yang makin mengerucut.

Pertama, usai Muhaimin, M yang cukup riuh rendah ini bertemu di PBNU dan dari sana ada elit yang mengatakan akan mencabut dukungan jika bukan kader NU yang diusung oleh Jokowi. Kemudian dijawab oleh Yenny Wahid dan beberapa pihak lain. Jika M itu Muhaimin tidak akan ada dukungan dan klarifikasi demikian tentunya.

Kedua, sekjen PDI-P yang merupakan motor utama dalam "koalisi" pengusung Jokowi menjawab soal "ancaman PBNU itu bukan ranah kami, para sekjed, itu menjadi urusan koalisi dan Pak Jokowi, konteksnya adalah dia bersama sekjend berkumpul. Ranah dan tanggung jawab yang lebih besar dan  kuat untuk menjawab itu.

Ketiga, ada nama M yang mengurus salah satu syarat di Pengadilan Negeri, meskipun dinyatakan sebagai  syarat pejabat negara, toh tidak menutup kemungkinan itu adalah untuk menjadi wakil presiden. Makin mendekati nama yang memang patut juga.

Keunggulan nama M yang satu ini, adalah

Pengetahuan akan hukum mumpuni. Hal yang sangat diperlukan bagi bangsa dan negara untuk lima tahun mendatang. Periode lalu, rongrongan pelanggaran hukum demikian marak. Pelanggar hukum bisa berkoar-koar karena banyaknya teman dan dukungan, dan itu menyusahkan penegak hukum.

Sentimen keagamaan dan antiagama bisa tereliminasi. Bagaimana demikian marak, mulai kampanye 2014, hingga haro-hari ini, labeling Jokowi yang demikian, begitu kuat dan masif. Dengan memilih satu nama ini paling tidak bisa tergerus, dan perselisihan berkepanjangan soal agama makin kecil/

Segi usia juga masih cukup muda, dan sudah terlalu lambat untuk 2024 untuk maju menjadi salah satu kandidat presiden. Ini sangat menguntungkan partai politik yang kini memiliki keinginan 2024 untuk mengajukan kader sebagai RI-1. Kesempatan terbuka karena tidak akan ada dari masa 2019 yang bisa kembali bertarung. Belum terlalu tua juga sih, dan parpol bisa berlomba untuk mengandengnya.

Jaringan yang sangat penting untuk menjamin jalannya kampanye dan pemerintahan. Beberapa elemen  yang kemarin menjadi kerikil tajam, bisa teredam dengan keberadaan nama ini. Memang tidak akan serta merta mulus tanpa hambatan, paling tidak, akan bisa lebih laju jalannya pemerintahan. Hal-hal yang tidak penting seperti periode lalu bisa dikurangi dan disingkirkan dengan lebih  mudah.

Dikotomi parpol nonparpol pun nampaknya jauh lebih ringan dengan keberadaan nama ini. resistensi tidak sebesar M M yang lain, jika melihat reputasinya selama ini.  Parpol yang ada cenderung lebih bisa menerima keberadaannya daripada ketua umum salah satu partai politik misalnya.

Rekam jejaknya juga lumayan baik daripada banyak pejabat negara lain yang selama ini kelihatannya baik, tiba-tiba terendus KPK, terucap di persidangan, atau kasus-kasus lainnya.

Hal ini belum ada. Meskipun kemarin dalam kubu yang berbeda, toh tidak pernah terdengar nyaring kesumbangannya baik ke pemerintah atau sisi "oposisi," penempatan diri yang baik sebagai politikus, tidak menciptakan atau menambah gaduh keadaan.

Dia periode lalu menjadi ketua nasional kampanye tim Prabowo, yang kali ini akan menjadi rival. Artinya, banyak dalaman dapur yang diketahui dengan baik. Tidak mungkin tidak, ketua nasional kampanye tidak tahu dengan baik isi dan inti kampanye kubu Prabowo. Meskipun kalah dalam pilihan dulu, toh itu bukan berarti tidak bisa apa-apa. Banyak faktor yang  terlbat di dalamnya.

Mahfud patut lah untuk menjadi RI-2, memang masih perlu menunggu waktu paling lambat esok pagi semua akan jelas. Nampaknya memang demikian rapat nama untuk cawapres, apakah akan ada kejutan sebagaimana wakil Prabowo? Bisa saja.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun