Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Memang Payah, Enak Zamanku Tenan, Tertib Itu Berat

25 Maret 2018   12:20 Diperbarui: 25 Maret 2018   13:49 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jokowi memang payah, enak zamanku to, itu benar, tertib itu berat, kejadian benar-benar faktual, merasakan enaknya zaman Eyang yang semua serba gampang. Mau cari kartu KK tinggal duduk di rumah, semua akan sampai ke rumah, tidak perlu ribet-ribet. Eh zaman itu belum ada KK ding, KTP, tanpa el yang buat bancaan itu lagi.

Hanya mau cari KK saja susahnya minta ampun, padahal dulu itu, mau ganti KK seminggu tiga kali pun bisa, akan dapat nomor juga berbeda sejumlah tiga, eh belum zaman KK, KTP bahkan. Hari ini minta akan dapat nomor, besok omong hilang, ya akan dapat dengan nomor yang beda lagi. Semua tinggal duduk di rumah, soal tanda tangan, berikan saja tanda tangan bahkan di kertas sigaret, itu pembungkus tembakau kalau tingwe, dengan amplop diisi  hijau satu, besok sore sudah akan datang ke rumah itu barang.

Asli emang enak zamanku itu. Apa sih yang tidak gampang? Mau punya KTP tiga, empat, lima pun bisa, juga SIM, tidak ada bedanya.  Mu buat SIM pun begitu, beda dengan KTP bukan persoalan, jangan sensi dan baper dulu, itu zaman duluuuuu banget.  Orang bisa punya banyak KTP, SIM, pasport, dan sejenisnya.

Mau buka tabungan gampang, baik bank yang sama ataupun berbagai bank, dengan nama dan alamat yang berbeda orang yang sama, semua bisa diatur. Enak to?

Semua hancur berantakan. Bagaimana tidak, sekarang semua harus tertib. KTP dan KK harus valid, semua bisa dibaca secara online, kalau satu saja tidak sesuai, akan dijawab permintaan Anda ditolak, seperti kemarin, pas ramai-ramainnya pendaftaran simcard. Data ditolak, eh ternyata data nomor KK masih pakai zaman enak to. Nomor yang harusnya 16 digit, bisa ada yang hanya 13, 14, dan seterusnya. Entah ini asal diberi nomor oleh petugasnya, atau ada apa.

Jokowi memang payah kog, wong rakyatnya mau enak, ongkang-ongkang semua bisa selesai kog harus tertib. Ngapain coba kartu ponsel juga begitu-begitu saja. Katanya meminimalkan mama minta pulsa, lha itu kan sudah puluhan tahun lalu, zaman enak periode dua, bukan kekinian.  Kini zamannya, anakmu kecelakaan, transfer uang. Kelasnya naik jauh, bukan lagi recehan, eh begitu terdaftar, toh masih hadir, selamat anda mendapat 50 juta. Koplak, koplak.

Mau mengurus kartu KK baru pun ternyata pengantar tidak pas, akhirnya harus bolak-balik lagi, coba zaman enak, semua akan bisa diartur. KK baru bagi keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang meninggal, ternyata harus mencari dulu akta kematian, otomatis akan mendapat KK baru, hal itu tidak ada penjelasan di desa, eh di kecamatan diminta balik dengan perbaikan redaksional kata petugas zaman enak sambil merokok dan main smarphon entah nonton klip bokep, atau chatt dengan mahmudnya.  Eh baru ternyata tahu redaksional dan tahu bahwa hal itu akan ditolak oleh kantor yang lebih tinggi.

Tertib emang tidak enak kog. Enakan kalau potong kompas. Napa harus susah-susah tertib kalau acak kadut juga bisa berjalan.  Birokrasi lama, berbelit, susah diterobos, beda kalau ada kenalan, ada yang membawa, dan sejenisnya. Semua gampang. Kata Warkop DKI, semua bisa diatur.

Mau buat rekening di bank, eh malah ditanya SIM, lha emang mau melamar jadi sopir apa? Susah kan, apalagi tidak punya SIM, boro-boro SIM, motor saja gak ada, apalagi mobil. Mobil sih mercy, harga semilyar, tapi untuk berenam puluh, itu bis, jadi yang punya SIM ya pengemudinya. Gagal deh buka rekening, karena data identitasnya tidak diyakini, haduh, susahnya.  Keliling-keliling kantor cabang dan kantor kas lain pun sama saja. Padahal toh rekening hanya untuk mampir semata transferan, wong belum dikirim sudah dilihatin terus, begitu masuk ambil, begitu susahnya minta ampun.

Sisi lain, orang lain bisa memiliki rekening dengan kartunya membuat jebol dompet, saking banyaknya. Eh jebolnya dompet dibuka berkali-kali sapa tahu ada receh yang nylempit, mereka pasti bukan rekening sangat mudah. Malah ditawari untuk buka kalau mereka, kartu semua di antar, berkasnya diambil. Masih ada yang enak juga kog zaman ini, tapi ya tidak semua.

Tertib emang berat kog, napa harus nyeberang di jembatan penyeberangan jauh, naik tangga lagi, begitu bolong, coba sama-sama tidak aman, tidak perlu capek naik dulu bukan?  Juga hidup bersama, mau bilang fitnah, bohong, atau memutarbalikan fakta napa repot, jari jari sendiri, pulsa pun pulsa sendiri, smartphone sendiri, napa harus lapor, harus tertib. Kalau yang ini enakan zaman enak kedua, daripada enak yang dulu, langsung digebug dan hilang risikonya.

Asli tertib tidak enak, lha iya, wong sekian abad hidup seenaknya sendiri, mau diatur ogah.....

Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun