Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Drama

Opung Felix Tani Tidak Diundang Kenduri

14 Desember 2016   11:19 Diperbarui: 14 Desember 2016   11:26 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Opung Profesor Felix Tani Tidak Diundang Kenduri

Di tengah sepinya K, dan berseliweran artikel dan inbox ataupun email soal error dan bajak membajak atau mengklon akun, lebih baik becanda dengan tokoh para tukang humor di K yang telah lama tidak diberi tempat. Humor dan orang yang suka humor kreatif menempatkan artikel di mana-mana, termasuk yang sangat sepi peminat.

Kisah di sebuah perumahan dosen di metropolitan (Kotagedhe), di sana tinggal Profesor Felix Tani, Profesor Jati Kumoro, dan Profesor Pebrianov. Suatu hari Prof. Jati hendak punya hajat menikahkan putrinya. Sesuai adat tentunya ada doa sebelum acara sambil pembentukan panitia lokal. Bagian undangan, ini diberikan kepada yang muda Prof. Peb. Semua lancar dan semua datang, toh hanya tetangga kanan kiri, namun di tengah-tengah kekusyukan doa yang sahdu ada orang yang bermain kuda lumping di depan rumah yang sedang kenduri.

Prof. Jati ini meskipun profesor ilmu sosial namun suka bertanam, beda dengan Prof. Felix yang mengaku petani, menyangkul saja langsung kram. Pekarangannya luas, dengan membeli dua kapling satunya khusus bertanam dan berkebun serta ada tanah lapang yang tidak dipagar. Sehingga anak cucu tetangga banyak yang main di sana, itu sebagai penghibur Prof. Jati kala senggang.

Mau tidak mau tidak ada yang mau menengok arah lapangan, hanya saja pas jeda ambil nafas, keadaan hening terpecahkan suara dialog anak, yang mereka kenal itu si Anhuz, cucu Prof. Felix.

“Opung, ayo pulang, napa kuda lumpingku Opung pakai main di tengah orang bersembahyang?”


“Nuz, kau ini macam tidak tau saja, aku ini masih kecil,” logat dari Medannya masih kental meski lama di lain pulau.

“Bah, Opung iki piye, sudah tua masih main kayak anak kecil saja...” sahut Anhuz antara Jawa dan Batak.

“Kau anak kecil tahu apa, Opung masih kecil, kalau tua kan diundang kenduri....”

Mulai ada suara tawa tertahan, langsung Profesor Jati yang merah padam ke belakang dan menghubungi Prof. Peb.

Nyonya Titi Kumoro diminta mengantar nasi dan perlengkapannya ke rumah Prof. Felix. Malu sebagai yunior dan tetangga tidak mengundang.

“Dik, Peb sampeyan ini piye to, kog bisa kelalen?” tanyanya dengan gemas, malu, jengkel, juga mau tertawa melihat kudang lumping solo ala Prof. Felix.

“Sorry Mas Hab, eh Mas Kum, tadi ki, aku kebelet tidak tahan lagi, larilah aku ke sungai seberang pagar kompleks kita. Ngebel Opung gak dibuka-buka, padahal mau nitip ke belakang segera. Tahu sendirilah kalau bebas itu rasanya plong dan langsung pulang, lupa amanah dari Mas Bro...”

“Kalau begitu Dik Peb antar Mbak ke rumah Opung, jelaskan sendiri kan malu kami ini, seperti gak mengormati beliau...” gerutu campur geli dari Mbak Titi Kumoro.

“Sore Prof....” melihat Prof. Felix masih ngos-ngosan antara berdebat dengan Anhuz dan juga lari-lari kuda lumping tadi.

“Sore, Peb, ada apa, kog dengan Dik Titi segala... ada yang bisa dibantu?” gaya pembimbing dengan anak bimbing keluar.

“Maaf Prof, saya tadi khilaf dan teledor, maka Opung kelupaan diundang ke syukuran Mas Bro Jati...”

“Saya ini mikir salah saya apa coba, kalau rasis, gak gitu juga model Mas Jati, mau datang yo gak enak wong gak diundang, padahal aku kemecer ngiler je dengan sambel gorengnya buatan Mas Jati. Peb tahu tidak, yang njanganitu mesti Mas Jati, tanya itu Mbak Titi, sedepanMas Jati masakannya....” malah kuliah sore soal jangan.

“Maaf lho Pak Dhe, ini bukan soal agama atau ras, hanya soal Dik Peb kebelet dan lihat tempat asyik jadi lupa...” malu juga Mbak Titi atas ulah sembrono Peb.

Bukan Prof. Felix kalau tidak banyol,” Ah lumayan Peb lupa, jadi lebih banyak dapatnya, kan pakai rantang, kalau diundang Cuma satu dus....” sambil tertawa terbahak.

Salam Humor  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun