Mohon tunggu...
Bima Patria
Bima Patria Mohon Tunggu... Legal Professional

Through this blog, I aim to share my insights on banking & finance, transportation scrutiny, and football.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menjadi Tirani: Dari Parit ke Istana

14 Agustus 2025   09:30 Diperbarui: 14 Agustus 2025   09:51 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo Credit: German soldiers wear gas masks in the trenches in this 1917 painting by French artist Francois Flameng. (Warfare History Network)

"Jika kau membuka halaman ini. Kau selangkah lebih dekat dengan kekuasaan yang kau impikan. Dan percaya padaku.. di akhir cerita ini, tidak ada pemenang, hanya mereka yang bertahan sedikit lebih lama dari yang lain."


"Siapa yang tidak menginginkan kekuasaan?"

Sejak bangku sekolah, kita dihadapkan pada nama-nama yang diukir abadi:  Brawijaya. Mulawarman. Balaputra Dewa. Airlangga. Jayabaya. Kertajaya. Tohjaya.

Nama-nama itu seperti monumen. Tapi jika kau kupas lapisannya, mereka bukan sekadar raja atau pemimpin... mereka adalah pemain utama dalam permainan tertua di dunia. Perebutan kekuasaan.

Kita semua, entah mengakuinya atau tidak, pernah memikirkannya. Tapi hanya sedikit yang benar-benar tahu bagaimana cara mendapatkannya. Dan lebih sedikit lagi yang mempertahankannya.
Setiap generasi selalu berbisik pada dirinya sendiri, "Kami berbeda. Kami akan menggunakannya untuk kebaikan." Lucu. Setiap generasi percaya kebohongan yang sama.

Kekuasaan bukan paket yang diantar ke depan pintu rumahmu. Ia harus direbut.

Adolf Hitler dari pelukis miskin di Wina menjadi figur paling ikonik.

Presiden Soeharto dari seorang anak kecil di Dusun Yogyakarta menggantikan Bapak Bangsa.

Muammar Gaddafi kadet militer dari tenda suku Badui menggulingkan seorang raja.

Tak ada yang lahir di kursi singgasana. Bahkan mereka yang lahir dalam istana pun harus merebutnya kembali dari waktu, dari musuh, atau dari rakyatnya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun