Tapi kebencian, sebesar apapun, bisa menguap jika tidak diberi bentuk.
Rasa marah perlu dikristalkan menjadi identitas. Dan identitas butuh simbol.
Lihat Nazi. Mereka tidak hanya punya ideologi ekstrem, mereka merekayasa visualnya. Swastika simbol sederhana tapi kontras, dipasang di bendera, ban lengan, spanduk raksasa.
Seragam hitam rancangan Hugo Boss membuat setiap anggota terlihat seperti pasukan elite, tak peduli mereka hanya petugas logistik atau juru ketik. (https://www.dw.com/id/masa-lalu-hugo-boss-terkait-nazi/a-15416992)
Setiap barisan Nazi adalah fashion show kekuasaan: rapi, seragam, dan mengintimidasi.
Jokowi juga paham kekuatan ini. Kemeja kotak-kotak sederhana yang dipakai di kampanye bukan sekadar gaya santai, itu merupakan sebuah sinyal. Sinyal bahwa pemakainya bagian dari perubahan.
Seperti fans sepak bola yang mengenakan jersey timnya, massa yang berkotak-kotak merasa: "Kami satu tim. Kami satu perjuangan."
Simbol adalah perekat yang tidak terlihat tapi terasa. Ketika abda memakai lambang yang sama, anda tidak hanya mendukung, anda mengakuinya sebagai bagian dari identitasmu.
Â