Mohon tunggu...
SRI PATMI
SRI PATMI Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Program Studi Strategi Pertahanan - Dari Bumi ke Langit

Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Apa Itu Urban Warfare dalam Konstelasi Benteng-Benteng di Dunia?

23 Desember 2021   16:58 Diperbarui: 23 Desember 2021   18:43 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar : idntimes.com

Peperangan kota terdiri dari tiga elemen mendasar yakni:

  • Peperangan kota ditentukan oleh skala dan demografi pemukiman perkotaan dimana peperangan terjadi;
  • Persenjataan yang tersedia untuk kombatan;
  • Ukuran kekuatan militer atau sejenisnya.

Pengaruh perkembangan teknologi dan bertambahnya populasi penduduk pada awal Abad ke-21 mengakibatkan wilayah kota atau perkotaan berkembang semakin maju. Perkembangan pembangunan tempat-tempat pemukiman, gedung-gedung bertingkat, sarana transportasi, komunikasi, fasilitas penting lainnya, politik, perekonomian, demografi dan sosial budaya membawa dampak semakin luasnya wilayah perkotaan. Revolusi demografi ini menjadi tantangan dalam menjaga stabilitas nasional dan berpengaruh terhadap strategi serta taktik peperangan yang semula wilayah peperangan di hutan menjadi peperangan kota.

Beberapa peristiwa peperangan kota yang terjadi pada dekade terakhir dapat diambil pelajaran antara lain: peperangan di Mogadhisu Afrika, Mosul Fallujah Irak, Marawi Philipina. Sementara itu beberapa peristiwa peperangan kota yang terjadi di tanah air antara lain: di kota Surabaya, Bandung, Yogyakarta, dan kota lainnya. Hal ini memberikan gambaran bahwa kemungkinan terjadi peperangan kota di masa depan sangat potensial bersifat ofensif dan defensif.

Tujuan peperangan kota adalah merebut, menduduki, menguasai, mengamankan dan mempertahankan kota di seluruh mandala atau sebagian besar daerah operasi. Beberapa faktor yang memengaruhi jalannya peperangan kota yakni intelijen, alutsista, pasukan tempur, pasukan khusus, waktu, pendadakan, isolasi, biaya dan aturan pelibatan/Rules of Enggagement (RoE) serta logistik.

Taktik perkotaan tentu saja merupakan objek analisis yang valid. Namun, untuk memahami peperangan kota, tidaklah cukup untuk fokus pada senjata  atau teknik individu tertentu, lebih tepatnya, perlu untuk mempertimbangkan peperangan kota secara keseluruhan. Peperangan kota memiliki fenomena yang kompleks dan beragam sangat dipengaruhi oleh lingkungan daerah operasi baik fisik yang meliputi geografi, demografi dan infrastruktur maupun non fisik yang meliputi politik, ekonomi dan sosial budaya. Lingkungan Fisik: Aspek lingkungan fisik yang mempengaruhi penyelenggaraan peperangan kota meliputi geografi, demografi, dan infrastruktur. Lingkungan Non Fisik: Aspek lingkungan non fisik yang mempengaruhi penyelenggaraan peperangan kota meliputi: politik; ekonomi; sosial dan budaya; serta dunia maya.

Salah satu faktor keberhasilan dalam pelaksanaan peperangan kota yaitu aspek intelijen untuk mendapatkan informasi awal tentang daerah operasi yang valid. Operasi-operasi yang digelar dalam kerangka strategi penangkalan berupa operasi intelijen strategis, diplomasi pertahanan, dan lain sebagainya. Operasi yang digelar dalam kerangka strategi penindakan adalah operasi intelijen, operasi tempur, dan operasi teritorial. Operasi yang digelar dalam kerangka strategi pemulihan berupa operasi teritorial dengan deradikalisasi, re-edukasi, reintegrasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Implementasi dari ketiga fungsi strategis tersebut (penangkalan, penindakan, dan pemulihan) dilaksanakan menurut pertimbangan perkiraan keadaan bahaya (PKB).

Center of gravity adalah "the source of power that provides moral or physical strength, freedom of action, or will to act" atau  "sumber kekuatan yang memberikan moral atau kekuatan fisik, kebebasan bertindak, atau keinginan untuk bertindak". Center of gravity merupakan sasaran strategis yang dijadikan sebagai tujuan dari peperangan di wilayah perkotaan, antara lain untuk merebut, menduduki, menguasai, mengamankan dan mempertahankan kota di seluruh mandala atau sebagian daerah operasi, sedangkan kota-kota lain biasanya menjadi tujuan operasional dan taktis walaupun peperangan yang sengit mungkin bisa terjadi di dalamnya.  Sebagai bagian dari postur pertahanan negara, kekuatan dalam menghadapi sasaran peperangan kota meliputi: kekuatan personel, kekuatan persenjataan, dan logistik.

Kemampuan peperangan kota dapat dikategorikan ke dalam beberapa fungsi dalam kampanye militer antara lain: komando dan kendali, intelijen, bantuan tembakan, logistik, manuver, perlindungan pasukan, dan informasi

Penyelenggaraan peperangan kota memiliki tantangan yang begitu kompleks, baik dalam hal geografi, demografi, dan infrastruktur lingkungan perkotaan, maupun situasi politik, ekonomi, sosial budaya, dan perkembangan teknologi informasinya (dunia maya). Kompleksitas peperangan kota tersebut membawa konsekuensi dinamika ancaman yang dihadapi bersifat faktual dan potensial.

Kota yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Namun Dihadapkan pada dinamika ancaman kedaulatan yang semakin kompleks dan dinamis serta bersifat asimetris, maka perlu mempertimbangkan center of gravity tidak semata di DKI Jakarta, namun perlu ditentukan dan ditetapkan kota-kota lain di Indonesia sebagai center of gravity lain selain DKI Jakarta

Sumber : 

1. Buku Ajar Filsafat Ilmu Pertahanan 

2. Buku Anthony King 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun