Mohon tunggu...
SRI PATMI
SRI PATMI Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Program Studi Strategi Pertahanan - Dari Bumi ke Langit

Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Hargailah Etika Berteman, Karena Kehilangan Teman Lebih Menyakitkan dibanding Kesalahan yang Pernah Diperbuat

20 November 2021   12:21 Diperbarui: 20 November 2021   12:29 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/aryavanshica

Lalu bagaimana kita menjalin pertemanan dengan perbedaan cara, pandangan dan pemikiran yang tak sejalan? 

Kita semua berbeda, yang sejalan belum tentu sama. Sedikit ataupun banyak ada pergesekan yang terjadi. Bagaimana kita menyikapi? Dalam pergaulan apapun, sebaiknya kita menjunjung etika tidak tertulis dalam berteman : 


1. MENGHARGAI PRIVASI  

Jangan merasa dekat tanpa sekat lalu kita merasa paling bersahabat dengan kehidupan pribadinya. Selalu bersama, sering bercengkrama,  ada sisi lain dimana setiap manusia membutuhkan ruang untuk sendiri. Disaat inilah, patutnya sebagai sahat dan teman, kita menghargai ruang privasi teman sendiri. Jangan merasa teman, lalu kita berhak untuk tahu semua privasi orang lain. Memaksa agar teman kita mau bercerita apapun tentang kehidupan pribadinya. Jika ia sedang menutup diri, maka jangan kurang ajar untuk mencari tahu kehidupan pribadinya melalui orang lain, apalagi bertanya kepada sahabat dekatnya dengan tujuan untuk  memperburuk keadaan. Hal ini sangat tidak sopan dan tindakan yang tidak bertanggung jawab. Berteman jangan seperti anak kecil, mencari keberpihakan kemana-mana untuk menjatuhkan sesama teman. Kedewasaan sangat diperlukan dalam etika pertemanan. Meski dianggap sepele, tetapi pelanggaran terhadap etika pertemanan ini dapat merusak hubungan baik Anda. Meski berteman dengan baik dan sangat akrab/konco kentel, tidak segala sesuatunya harus diceritakan kepada teman. Ada bagian kehidupan yang mengharuskan kita untuk berbicara pada diri sendiri untuk introspeksi dan melakukan perubahan. Pada bagian ini, sebaiknya sikap kita jangan sibuk menghakimi, mengkorek-korek melalui orang lain, mencurigai, menuduh dia tidak benar, menuduh tanpa bukti, menarik kesimpulan sendiri, menyebarkan gosip, membuka aib, menyebarkan fitnah dan kebencian. Justru pada saat ini, dukungan yang sangat diperlukan adalah menghargainya privasinya. Jangan paksa teman kita bercerita apalagi dijadikan senjata untuk menjatuhkan teman dengan cara-cara menjebak. Tentunya tindakan ini tidak terpuji. Jangankan terpuji, kepantasan saja tidak ada. Dimana kata teman harus disandingkan dengan nama kita? Jangan-jangan kita mengaku teman, kalo dia sudah sukses? Jangan-jangan kita mengaku teman, jika ingin kasbon uang? Jangan-jangan kita mengaku teman, jika ada kepentingan saja? Lalu dimana peran kita sebagai teman saat dia ingin sendiri, saat ia menangis, saat ia butuh pertolongan? Jangan hanya ingin dimengerti sendiri! Saat kita menangis, teman harus mengusap air mata kita.  Sedangkan saat dia menangis, justru kita menambahkan sayatan lukanya? Apakah itu yang disebut teman? Apakah sikap seperti itu disebut pertemanan? Boleh berteman, tapi hargai privasi. 

Mengapa kita harus menghargai privasi teman? 

Secara analisis teori psikologi komunikasi, manusia memiliki 4 jendela kehidupan yang patut diketahui. Jendela itu disebut dengan teori Johari Window yang berisi tentang open self, blind self, hidden self, unknown self. Secara sederhana penjelasan teori ini adalah 

1. Jendela 1 : SAYA TAHU DAN ANDA TAHU (OPEN SELF) 

2. Jendela 2 : SAYA TIDAK TAHU DAN ANDA TAHU (BLIND SELF) 

3. Jendela 3 : SAYA TAHU DAN ANDA TIDAK TAHU (HIDDEN SELF) 

4. jendela 4 : SAYA TIDAK TAHU DAN ANDA TIDAK TAHU (UNKNOWN SELF) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun