Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Semangat Berpuasa karena Kompetisi dengan Teman Sebaya

11 Maret 2024   08:11 Diperbarui: 11 Maret 2024   08:14 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buka puasa. (humas inalum dipublikasikan kompas.com)

Saat masih SD, kadar pengetahuan agama memang belum kuat. Sebagai anak kecil, saat itu saya hanya ikutan saja mengapa harus puasa saat Ramadan.

Bahkan, bisa dibilang saya telat berpuasa. Sebab, saya baru berpuasa penuh pada kelas 3 SD. Itu pun hanya sekali saya puasa penuh. Saat itu, kondisi kekuatan fisik saya masih tak istimewa. Sehingga, orangtua tidak memerintahkan aku puasa saat Ramadan. Jadi saat itu puasa hanya sampai Asar atau malah hanya sampai Zuhur. Jadi memang saya telat berpuasa. Kalah dengan teman sebaya seumuran yang sudah berpuasa di kelas 2 SD.

Baru di kelas 4 SD, ketika kekuatan fisik lumayan, maka mulai berpuasa penuh satu hari. Itu pun masih bolong-bolong. Salah satu yang membuat semangat berpuasa ketika kelas 4 SD adalah karena berkompetisi dengan teman sebaya. Di awal-awal puasa, saya masih bolong-bolong puasa. Sementara, teman sebaya saya dengan bangganya bilang bahwa dia sudah banyak kali berpuasa sehari penuh.

Teman sebaya saya itu menghitung berapa kali dia sudah puasa. Saya kalah jumlah karena masih banyak yang bolong-bolong. Namun, setelah melewati setengah bulan, saya bersikeras untuk mengalahkan teman sebaya saya. Saya berusaha untuk terus puasa penuh satu hari.

Sampai akhirnya jumlah puasa penuh saya sama dengan jumlah puasa penuh teman sebaya tersebut. Sebab, si teman ini kencang lari di awal, tapi kehabisan bensin di setengah lebih Ramadan. Sampai akhirnya Ramadan hampir usai, saya unggul dari sang teman tersebut.

Jadi, saya puasa karena memang berkompetisi dan gengsi kalah sama teman sebaya. Itulah yang membuat saya semangat puasa kala itu. Ya wajar saja masih anak-anak. Baru di kelas 6, saya sudah mulai penuh puasa. Sudah mulai merasa perlu puasa tanpa harus berkompetisi dengan teman sebaya.

Jadi, teman sebaya yang kompetitif di masa kecil itu sangat penting. Tentu kompetitif dalam hal yang positif. Itu yang membuat anak-anak mampu untuk terus berkembang dan mendapatkan hal yang baik. Asal jangan berkompetisi untuk hal yang negatif, maka tak masalah.

Bahkan, berkompetisi dalam hal beribadah, di masa kecil juga penting. Tak masalah bagi saya. Toh masih anak kecil juga. Nanti, seiring berjalannya waktu dan pengalaman hidup, orang akan menemukan jawaban mengapa harus puasa, mengapa harus beribadah, tanpa butuh kompetitor.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun