Mohon tunggu...
Evangeli
Evangeli Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hiduplah sesuai dengan tujuan keberadaan kita yang sesungguhnya di dunia.

Hidupku memang belum sempurna, tetapi aku selalu berusaha untuk mengejar kesempurnaan itu. Peziarahan untuk meraih kesempurnaan adalah perjuangan kita seumur hidup.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Kasus dan Penilaian Moral dalam Film "Eye in The Sky"

28 April 2021   10:33 Diperbarui: 28 April 2021   10:47 1939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Damian N. R.

I.               PENGANTAR

Berbuat atau bertindak merupakan ciri khas semua makhluk hidup salah satunya adalah manusia dan merupakan cetusan dirinya. Mengapa demikian? Karena suatu tindakan tersebut tidak hanya melukiskan eksistensi dirinya secara mendalam sebagai makhluk hidup (manusia) tetapi juga mencetuskan nilai-nilai manusiawi karena dalam bertindak memuat kriteria normatif tertentu. Tindakan manusia bukanlah suatu perbuatan tunggal melainkan kompleks.

Dalam dunia terbatas ini kerap kali manusia terbentur pada situasi-situasi yang membatasi kemungkinannya misalnya terjalinnya hal-hal positif dan negatif yang tak dapat dipisahkan. Pertanyaan moralnya adalah apakah kita boleh melakukan perbuatan yang seperti dan sejauh yang dapat kita lihat terlebih dahulu tidak hanya mempunyai akibat positif melainkan juga akibat negatif. Bila boleh, sejauh mana dapat dikatakan salah dan yang harus kita pertanggungjawabkan? Dalam tulisan ini akan menguraikan mengenai hal ini atau yang sering dikenal dengan kasus double effect dan juga the theory off double effect serta pemecahannya. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan diktat moral fundamental yang ditulis oleh Romo Piet Go, O.Carm dan buku "Filsafat Moral-Pergumulan Etis Keseharian Hidup Manusia" yang ditulis oleh Dr. Agustinus W. Dewantara, S.S., M. Hum, sebagai sumber utama atau sebagai bahan refrensi untuk analisis kasus dan penilaian moral tindakan pelaku dalam film "EYE IN THE SKY".                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     

II.              ISI

2.1.            SINOPSIS FILM EYE IN THE SKY

Di Nairobi, Kenya, seorang gadis kecil bernama Alia Mo'Allim sedang bermain di halaman belakang rumah. Ditempat lainnya, Dari markas Northwood, Kolonel Katherine Powell dari Angkatan Darat Inggris mendengar kabar bahwa seorang agen ganda, Inggris-Kenya, yang ditugaskan menyamar telah dibunuh kelompok teroris Al-Shabaab. Kolonel Katherine Powell, atas insiden ini kemudian mengambil komando untuk misi menangkap 3 dari 10 pemimpin Al Shabaab yang bertemu di tempat persembunyian mereka di Nairobi. Tim multinasional yang bekerja di misi penangkapan, dihubungkan bersama sistem video dan suara lewat drone atau pesawat tanpa awak. Misi yang semula adalah misi penangkapan ini segera menjadi misi untuk membunuh karena pada saat yang sama berkumpul beberapa tokoh penting teroris yang diketahui sedang mempersiapkan pengeboman bunuh diri. Untuk itu, disiapkanlah drone USAF MQ-9 Reaper yang dikendalikan satuan Creech Air Force Base di Nevada oleh Letnan Steve Watts. Selain itu, seorang agen lapangan Kenya yang menyamar, Jama Farah, memanfaatkan ornithopter jarak pendek dan kamera insectothopter yaitu drone berbentuk serangga untuk masuk ke rumah teroris dan menghubungkannya dengan pihak intelijen.

Pasukan khusus Kenya diposisikan di dekatnya guna melakukan penangkapan seandainya kerahsiaan terbongkar dan teroris melarikan diri. Pengenalan wajah yang dilakukan mengidentifikasi bahwa target mereka benar-benar serius dan itu dilakukan di Joint Intelligence Center Pacific di Pearl Harbor. Sekedar catatan, misi ini diawasi dari Inggris oleh pertemuan COBRA mencakup Letnan Jenderal Frank Benson, 2 menteri dan seorang menteri sekretaris. Kelanjutan cerita setelah Farah si agen lapangan menemukan bahwa 3 target kini mempersenjatai pembom bunuh diri semakin menambah ketegangan. Pemboman bunuh diri berarti sebuah serangan terhadap warga sipil dengan perkiraan korban jiwa yang banyak. Karena hal ini, Powell memutuskan pengemboman terhadap teroris sebagai satu-satunya jalan. Kolonel Powell kemudian meminta Watts yang mengendalikan drone bersenjata untuk menyiapkan serangan rudal Hellfire presis di rumah tempat teroris tersebut. Setiap tembakan rudal memerlukan konfirmasi dari atasan.

Yang menjadi persoalan berikutnya adalah ketika hendak menembakkan rudal, Watts bimbang karena Alia berada dalam jangkauan ledakan karena sedang menjual roti tepat di samping rumah teroris tersebut. Benson sebagai atasannya kemudian meminta izin dari anggota COBRA, yang gagal mencapai keputusan karena dilemma. Mereka kemudian merujuk pertanyaan tersebut kepada Menteri Luar Negeri Inggris yang kini dalam misi perdagangan menuju Singapura. Dia tidak memberikan jawaban pasti tetapi membela Sekretaris Negara AS dengan pernyatannya bahwa teroris adalah musuh. Menteri Luar Negeri selanjutnya menegaskan COBRA melakukan uji tuntas guna meminimalkan kerusakan atau collateral damage.

Perdebatan mengenai keputusan menembakkan rudal karena keterlibatan Alia Mo'Allim yang menjual roti bersebelahan menjadi semakin larut. Politisi dan pengacara terlibat dalam rantai komando. Mereka memperdebatkan manfaat, pembenaran pribadi, hukum dan politik untuk melancarkan serangan rudal di negara tersebut yang tidak berperang dengan Amerika atau Inggris, dengan risiko kerusakan kolateral signifikan. Mereka akhirnya berusaha menunda penembakkan rudal hingga Alia pindah. Farah kemudian diarahkan untuk membeli semua roti Alia agar Alia pergi dari target. Usaha ini gagal karena Farah dikejar tentara setempat dan meniggalkan roti yang kemudian dujual lagi oleh Alia. Karena merasa bahwa penembakkan tidak bisa ditunda berhubung drone serangga yang mengintai kehabisan daya baterai, Powell memerintahkan petugas penaksiran untuk mengkalkulasi risikonya guna menemukan parameter 45 %  di mana resiko kematian warga sipil lebih rendah.

Dia mengevaluasi titik pemogokan dan menilai probabilitas kematian Alia dengan presentase 45-65%. Karena dianggap cukup rendah resikonya COBRA menyetujui penembakkan. Selanjutnya Watts menembakkan rudal dan ledakan tersebut menghancurkan bangunan dan juga melukai Alia. Karena 1 teroris masih selamat, Watts diperintahkan menembakkan rudal kedua yang menyerang situs tersebut tepat saat orang tua Alia mencapai Alia. Alia kemudian di bawa ke rumah sakit dimana ia akhirnya meninggal. Di tempat lain, pertemuan COBRA di London, Sekretaris dengan air mata menghujat Benson sebab keputusannya untuk menembakkan rudal. Benson dianggapnya telah membunuh karena tidak mengindahkan nyawa seorang anak dan itu karena kepentingan jabatannya. Benson membantah dengan mengatakan dia telah berada di 5 tempat pemboman bunuh diri di mana ada banyak penderitaan dan kematian mengerikan. Sekertaris tidak pernah terjun langsung ke lapangan tetapi memaksakan pemikirannya. Benson menambahkan dengan mengatakan bahwa "jangan pernah mendiktekan seorang prajurit tentang harga sebuah peperangan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun