Mohon tunggu...
Bias Asa
Bias Asa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Saya adalah seorang yang punya kegemaran mencurahkan isi kepala juga isi hati dalam tulisan

Kehilangan deskripsi tentangku sendiri, yang ku tau "manusia harus berjalan dititian takdir" dan aku juga manusia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Cinta Meiliya dan Antony 3

12 Desember 2019   21:41 Diperbarui: 12 Desember 2019   21:43 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


(Ketika Pekik Masalalu Kembali Hadir)

Dan hati Meiliya berkerudung berjuta harap
Ketika Wahyudi menyematkan cincin dijari manis nya.
Sebuah cincin sederhana yang melambangkan betapa masa depan sedang menanti sebagai do'a yang tak pernah terucap namun Tuhan mengijabahnya.

Di depan kedua orang tua dan anak-anak Meiliya wahyudi berikrar
"Meiliya, kekasihku
Kekasih yang tak pernah meminta kasih
Hari ini aku ikrarkan padamu, aku akan mencintaimu dengan segenap raga jiwaku.
Aku akan memberimu hidupku, aku akan menyeka setiap tetes air matamu.
Aku akan menjadi ayah bagi anak-anakmu yang akan segera menjadi anak-anak kita.
Ini tidak akan lama mey, ini tidak akan lama hanya 11 hari maka janji suci akan segera mengantarmu menjadi pengantin ku.
11 hari yang akan mengikis masa lalu mu lalu akan kita kubur bersama di bilik senja."

Meiliya tersenyum, air matanya mengalir yang setiap orang memaknainya sebagai air mata kebahagiaan.
Tapi di kejauhan Meiliya mendengar kidung-kidung pilu yang dilantunkan melalui sekat sunyi tempat Antony mengubur diri.

Riuh para tau bercengkerama, bercerita, seraya menikmati hidangan yang tersedia.
Dan Meiliya melangkah mundur ke sebuah ruang kosong, ruang yang sepi,
Meiliya mencium aroma mawar yang dulu kerap dibawa Antony kepadanya.
Meiliya takjub, Antony datang dengan setangkai mawar merah.

"Antony........" desis Meiliya lirih
"Antony, Antony kau datang, aku tau kau pasti datang."
Meiliya memejamkan mata membiarkan Antony menyentuh wajah nya.
"Antony, aku sudah memaafkanmu. Cincin yang disematkan dijari ini menyadarkan ku betapa kau tak pantas kubiarkan sendiri."

Meiliya mengakhiri ucapnya dengan kecupan le.but Antony di bibirnya.
Tiba-tiba pilar rumah seakan bergetar
Meiliya menggigil, tubuhnya terhuyung dan terjatuh di tengah keramaian.
Semua mata menatap penuh tanya
Ada apa, kenapa wanita ini tiba-tiba tumbang ditengah pesta.

Sepasang mata menatap iba, hatinya penuh gejolak.
Kesedihan, luka hati, cemburu semua disisihkan di sudut rasa terjauhnya. Hatinya berbisik lirih
"Meiliya....
Kekasihku, calon istriku
Aku akan menyembuhkan luka di sekujur jiwamu.
Aku akan membahagiakan mu, tangan ini yang akan menyeka setiap kali air matamu tumpah.
Ini sumpah ku."

11 hari yang telah ditentukan akan menjadi bukti akan keikhlasan
11 hari yang telah dite tukan akan menjadi awal, tentu....
Jika Tuhan berkenan.

Kepahiang, 12 Desember 2019
21.32

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun