Mohon tunggu...
parman rudiansah
parman rudiansah Mohon Tunggu... Secret

Berbahasa bukan hanya tentang keterbukaan tetapi tantang bagaimana kamu bersembunyi (parmanrudiansah)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nepali

20 September 2025   09:28 Diperbarui: 25 September 2025   11:26 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Antara bebatuan gelap

Tangan tangan harap

Gunung menjulang 

Tangan meminta bertualang

Tapi kemarin. Baru saja 

Pelosok itu bergemuruh

Tahta diinjak

Bangunan rata

Murka

Kumuh

Negeri untuk wanita di bandrol

Ditukar sekeping 

Setiap hari

Negeri kelakaran

Menggelikan

Gautama pernah menanam cinta disana

Melangkah menebar kepelosok

Hari ini

Hanya tinggal ilusi

Cinta bak pelangi dibalik tirai semata

Sungguh canda tanya

Destinasi menyisa puing

Hanya direnung tanpa dipikir

Lihatlah dengan jelas

Lumpuh lantak

Parade drama nepali

Dunia bertanya

Bahkan tetangganya gangga

Anggapan sumber kesucian

Sekarang 

Sarang kotoran

Sama saja

Disana

Wanita hanya untuk melahirkan mengirim

Jangan sebut diperah. Itu warisan

Mereka akan ikhlas

Nyawa tak berarti

Dalit akan tetap ada

Sekalipun sistem di robohkan

Akan tetap dipandang hina

Jangan tanya bagaimana

Kamu tahu jawabannya

Disana janji juga dikebiri

Alam di mutilasi pelan

Berujung ekspresi muram

Jangan lupa

Rakyat selalu bersiap tanpa suap

Everes menjulang pujian

Menawan

Sementara 

Orang desa di teror bencana

Penuh makian

Tak ada peduli

Hingga kini akhirnya

Anak muda bekelakar membakar

Merobohkan tembok keputusasaan

Tak ada perintah

Mereka ingin merubah

Mengembalikan tatanan

Sedikit gambaran 

Negeri yang lupa diri

Selalu musnah

Lenyap dimakan rayap 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun