Antara bebatuan gelap
Gunung menjulangÂ
Tangan meminta bertualang
Tapi kemarin. Baru sajaÂ
Pelosok itu bergemuruh
Tahta diinjak
Bangunan rata
Murka
Kumuh
Negeri untuk wanita di bandrol
Ditukar sekepingÂ
Setiap hari
Negeri kelakaran
Menggelikan
Gautama pernah menanam cinta disana
Melangkah menebar kepelosok
Hari ini
Hanya tinggal ilusi
Cinta bak pelangi dibalik tirai semata
Sungguh canda tanya
Destinasi menyisa puing
Hanya direnung tanpa dipikir
Lihatlah dengan jelas
Lumpuh lantak
Parade drama nepali
Dunia bertanya
Bahkan tetangganya gangga
Anggapan sumber kesucian
SekarangÂ
Sarang kotoran
Sama saja
Disana
Wanita hanya untuk melahirkan mengirim
Jangan sebut diperah. Itu warisan
Mereka akan ikhlas
Nyawa tak berarti
Dalit akan tetap ada
Sekalipun sistem di robohkan
Akan tetap dipandang hina
Jangan tanya bagaimana
Kamu tahu jawabannya
Disana janji juga dikebiri
Alam di mutilasi pelan
Berujung ekspresi muram
Jangan lupa
Rakyat selalu bersiap tanpa suap
Everes menjulang pujian
Menawan
SementaraÂ
Orang desa di teror bencana
Penuh makian
Tak ada peduli
Hingga kini akhirnya
Anak muda bekelakar membakar
Merobohkan tembok keputusasaan
Tak ada perintah
Mereka ingin merubah
Mengembalikan tatanan
Sedikit gambaranÂ
Negeri yang lupa diri
Selalu musnah
Lenyap dimakan rayapÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI