Tantangan dan Kontroversi
Meski hasil penelitian ini menarik, banyak ahli menyerukan kehati-hatian. Dr. Aylwyn Scally dari Universitas Cambridge mengingatkan estimasi usia percabangan berdasarkan data genetik maupun morfologi memiliki ketidakpastian besar - bahkan bisa meleset ratusan ribu tahun (Ghosh, 2025).
Selain itu, fosil Yunxian hanya tiga tengkorak yang rusak parah, sehingga dasar kesimpulan masih rapuh. Butuh lebih banyak temuan, termasuk bukti genetik langsung dari DNA kuno, untuk memperkuat klaim ini.
Sinkronisasi Temuan Dunia
Untuk membangun gambaran utuh, kita perlu menyinkronkan temuan dari berbagai wilayah :
Afrika - Homo sapiens awal dari Jebel Irhoud, Maroko (300.000 tahun).
Eropa - Neanderthal dan Denisova dengan catatan genetik kaya.
Asia Timur - Yunxian 2 dan Homo longi membuka jalur baru.
Asia Tenggara - Trinil erectus, floresiensis, dan luzonensis menunjukkan keragaman tinggi.
Jika semua ini ditautkan, kita mendapat gambaran evolusi manusia lebih mirip jaring bercabang ketimbang garis lurus. Spesies bercampur, berinteraksi, lalu hilang atau bertahan. Homo sapiens hanyalah salah satu cabang yang kebetulan bertahan hingga kini.
Tengkorak Yunxian 2 dari China adalah pengingat sejarah manusia masih penuh teka-teki. Ia memaksa kita meninjau ulang teori lama, dari Homo erectus di Jawa hingga Homo sapiens di Afrika. Mungkin benar manusia modern muncul lebih awal dari yang kita kira, mungkin pula ada beberapa pusat asal-usul yang saling terhubung.