Percabangan lebih awal - Neanderthal diperkirakan menyimpang dari nenek moyang bersama sekitar 1,38 juta tahun lalu, diikuti Homo longi dan Homo sapiens sekitar 1,32 juta tahun lalu.
Kemunculan Homo sapiens lebih awal - Fosil ini membuka kemungkinan spesies kita mulai muncul lebih dari satu juta tahun lalu, bukan hanya 300.000 tahun sebagaimana bukti Afrika yang selama ini jadi pegangan.
Koeksistensi jangka panjang - Homo sapiens awal, Neanderthal, Denisova, dan Homo longi mungkin hidup berdampingan selama hampir 800.000 tahun, dengan interaksi bahkan perkawinan silang di antara mereka (Ghosh, 2025).
Evolusi sebagai pohon bercabang - Profesor Xijun Ni menggambarkan evolusi manusia seperti pohon dengan banyak cabang yang kadang saling bersilangan, bukan garis lurus dari erectus menuju sapiens.
Jika ini benar, maka Yunxian 2 adalah kunci untuk memahami "kekacauan di tengah"- puluhan fosil manusia berusia antara 800.000 hingga 100.000 tahun lalu yang sulit diklasifikasikan. Dengan hadirnya klad longi, fosil-fosil itu bisa lebih mudah ditempatkan dalam konteks.
Implikasi untuk Temuan di Asia Tenggara
Penemuan Yunxian 2 juga membawa konsekuensi bagi cara kita memahami fosil manusia di Asia Tenggara, terutama Homo erectus Trinil dari Jawa dan Homo floresiensis dari Flores.
Homo erectus Trinil
Eugne Dubois pada 1891 menemukan fosil yang ia sebut Pithecanthropus erectus di Trinil, Jawa Timur. Temuan ini sempat diragukan, bahkan dituding "mengada-ada," tetapi akhirnya diakui sebagai bagian penting dalam sejarah Homo erectus (Lewin, Bones of Contention, 1987). Fosil Trinil menempatkan Jawa sebagai salah satu pusat penting dalam evolusi manusia purba.
Jika Yunxian 2 terbukti lebih dekat dengan Homo longi ketimbang erectus, maka kita perlu meninjau ulang apakah erectus di Jawa benar-benar cabang terpisah yang mandek di Asia Tenggara, ataukah ia bagian dari mosaik spesies yang lebih beragam.
Homo floresiensis