Fosil manusia kerdil dari Liang Bua, Flores - dijuluki Hobbit - menambah kompleksitas peta evolusi. Homo floresiensis hidup sekitar 100.000--50.000 tahun lalu, dengan tinggi rata-rata hanya satu meter. Perdebatan lama adalah apakah mereka benar-benar spesies terpisah atau hanya Homo sapiens dengan gangguan pertumbuhan (Brown et al., Nature, 2004).
Dalam konteks Yunxian 2, muncul pertanyaan: mungkinkah floresiensis adalah cabang samping dari erectus atau longi yang terjebak dalam isolasi pulau sehingga berevolusi menjadi bentuk kerdil? Jika demikian, maka ia bukan anomali, melainkan bukti lain evolusi manusia tidak linier, tetapi bercabang-cabang dengan hasil yang sangat beragam.
Rekonstruksi Yunxian vs Metode Lama
Perbedaan besar antara Yunxian 2 dan fosil lama seperti Trinil atau Flores bukan hanya pada usia atau morfologinya, tetapi juga pada teknik rekonstruksi ilmiah.
Yunxian 2 dianalisis menggunakan CT-scan resolusi tinggi dan rekonstruksi 3D. Dengan teknik ini, para ilmuwan bisa membalikkan distorsi akibat tekanan tanah jutaan tahun, merekonstruksi tengkorak ke bentuk yang mendekati aslinya, lalu mencetak replika dengan printer 3D (Ni et al., Science, 2025).
Trinil (Dubois, 1891) hanya dianalisis dengan pengamatan morfologi manual. Dubois membandingkan bentuk tengkorak, tulang paha, dan gigi dengan manusia modern dan kera besar. Keterbatasan teknologi membuat interpretasinya sering diperdebatkan.
Flores (Liang Bua, 2004) awalnya juga direkonstruksi dengan cara konvensional: penggabungan fragmen tengkorak, pengukuran morfologi, dan perbandingan statistik. Baru belakangan, rekonstruksi digital mulai dipakai, tetapi tidak setingkat detail Yunxian 2.
Dengan kata lain, Yunxian 2 menunjukkan bagaimana kemajuan teknologi memungkinkan kita mengoreksi interpretasi lama. Fosil yang dulu dikira Homo erectus ternyata, setelah dianalisis dengan teknik modern, masuk dalam kelompok Homo longi. Hal serupa bisa terjadi pada fosil Trinil atau Flores bila teknologi yang sama diterapkan secara menyeluruh.
Revisi terhadap Narasi "Out of Africa"
Selama beberapa dekade, teori dominan menyatakan Homo sapiens muncul di Afrika sekitar 300.000 tahun lalu, lalu bermigrasi keluar ("Out of Africa") menggantikan spesies lain. Namun temuan Yunxian 2 membuka ruang bagi narasi alternatif bahwa Asia, khususnya China, mungkin juga menjadi pusat penting evolusi manusia.
Profesor Chris Stringer dari Natural History Museum London memang berhati-hati: meskipun Yunxian 2 menunjukkan kemunculan sapiens lebih awal, bukti di Afrika masih kuat (Ghosh, 2025). Namun, jika lebih banyak fosil sejenis ditemukan di Asia, paradigma ini bisa bergeser.