Uni Eropa Sempoyongan Ketika Trump Mengubah Total Permainan Politik
Media Inggeris The Independent belum lama ini membela Volodymyr Zelensky yang dikatakan sebagai bukan seorang diktator. Ukraina tidak memulai perang. Rakyat Ukraina berhak membela diri terhadap agresi Vladimir Putin. Dan sekarang saatnya untuk mengatakan kebenaran -- tanpa keraguan.
Pernyataan Donald Trump tentang perang di Ukraina tidak dapat diterima setengah-setengah atau dinegosiasikan. Pernyataan itu harus ditolak. Kebenaran terlalu penting. Dan kebenarannya adalah Trump sedang menjungkirbalikkan nilai-nilai republik Amerika. Ia berdiri sebagai pemimpin negara yang didirikan atas gagasan bahwa rakyat memiliki hak untuk menentukan masa depan mereka sendiri. Gagasan mulia itu tidak dapat dilepaskan tanpa perlawanan, demikian The Independent.
Bagaimana kita membaca The Independent yang membela Zelensky dan menyatakan pandangannya dengan sudut pandang lama bahwa segala sesuatunya harus berdasarkan nilai barat dimana Amerika ditakdirkan sebagai negara besar yang seharusnya mempertahankannya, bukannya membalikkannya sesuai dengan kepentingan Trump  dan AS tentunya.
The Independent tampaknya mengambil sikap yang sangat ideologis dan emosional dalam membela Zelensky, sambil mengutuk Trump dengan narasi AS "ditakdirkan" untuk mempertahankan nilai-nilai demokrasi Barat. Pandangan ini mencerminkan perspektif lama yang melihat AS sebagai pemimpin dunia yang harus selalu berada di pihak yang dianggap "benar" oleh Barat, tanpa mempertimbangkan perubahan dinamika global dan kepentingan nasional AS sendiri.
Narasi Perang Dingin yang diperpanjang
The Independent masih memandang dunia dalam kerangka hitam-putih : demokrasi versus kediktatoran. Mereka menganggap AS wajib berpihak pada Ukraina karena itu adalah kewajiban moral dan geopolitik dalam mempertahankan demokrasi melawan Rusia. Ini adalah cara berpikir yang sejalan dengan kebijakan luar negeri AS di era Perang Dingin, yang mungkin tidak lagi relevan sepenuhnya dalam kondisi geopolitik saat ini.
America First
Media Inggeris ini menuduh Trump mengkhianati "takdir Amerika" sebagai penjaga demokrasi global. Namun, mereka mengabaikan fakta Trump dan pendukungnya melihat kebijakan luar negeri AS dalam perspektif "America First," di mana AS harus lebih fokus pada kepentingan domestiknya daripada terlibat dalam konflik yang mahal seperti di Ukraina.
Zelensky di mata UE
The Independent mengasumsikan membela Zelensky sama dengan membela demokrasi, padahal ada banyak kritik terhadap pemerintahan Zelensky, termasuk dugaan korupsi, pembatasan kebebasan pers, dan langkah-langkah otoriter dalam menghadapi oposisi di dalam negeri. Namun, media ini memilih untuk menutup mata terhadap aspek tersebut dan menampilkan Zelensky sebagai simbol kebajikan tanpa cela.
Eropa takut dengan Trump
The Independent juga menyoroti bagaimana politisi Inggeris seperti Boris Johnson dan Nigel Farage yang enggan mengkritik Trump secara langsung. Ini menunjukkan di balik retorika moral, ada ketakutan nyata perubahan kebijakan luar negeri AS di bawah Trump dapat merugikan kepentingan Eropa.
Tendensi propaganda
Tulisan The Independent bukan sekadar opini, tetapi lebih menyerupai propaganda pro-Ukraina dan anti-Trump yang penuh dengan hiperbola dan dramatisasi. Perbandingan Trump dengan seorang "bayi yang marah" atau tuduhan bahwa dia ingin "mengurung lawan politiknya" mencerminkan bias yang kuat.
The Independent berusaha mempertahankan paradigma lama tentang peran AS dalam dunia, dengan narasi AS harus tetap menjadi penjaga demokrasi dan penentang Rusia. Namun, mereka gagal mengakui bahwa dunia telah berubah, dan kepentingan nasional AS tidak lagi sejalan dengan idealisme mereka. Apakah Trump benar atau salah dalam kebijakan luar negerinya, itu masih bisa diperdebatkan, tetapi jelas pendekatan The Independent terhadap masalah ini sangat berat sebelah.
Herannya media Inggeris ini juga lupa kritik Wapres AS JD Vance terhadap UE ketika hadir dalam rapat keamanan di Munich Jerman sebetulnya adalah kritik betapa Uni Eropa membiarkan kebebasan kaum kiri di sana menjadi kebablasan ketika marak demo anti Israel dan Pro Hamas di Uni Eropa yang diorkestrasi oleh Iran dkk, bahkan di Inggeris sendiri dan di Amerika. Baru setelah Trump berkuasa kaum kiri ekstrim ini apalagi yang ditunggangi oleh Iran mulai ditertibkan Trump, termasuk penghapusan USAID yang ternyata lebih banyak digunakan kaum anarkis seperti Jihad Islam, kelompok yang mengatasnamakan HAM dst.
Media Eropa seperti The Independent cenderung selektif dalam kritiknya. Mereka dengan keras menyoroti Trump sebagai ancaman terhadap kebebasan dan demokrasi, tetapi di saat yang sama mengabaikan bagaimana Uni Eropa, terutama Inggeris sendiri, menghadapi lonjakan ekstremisme kiri yang semakin agresif, terutama dalam aksi-aksi pro-Hamas dan anti-Israel yang seringkali melanggar batas kebebasan berekspresi.
JD Vance dalam Konferensi Keamanan Munich melihat bagaimana Uni Eropa telah gagal mengendalikan gerakan kiri radikal yang didukung oleh Iran dan sekutunya, yang menggunakan kebebasan berbicara sebagai alat untuk menyebarkan kebencian dan mendukung kelompok teroris seperti Hamas. Kritik ini sebenarnya sangat relevan, mengingat protes besar-besaran yang terjadi di berbagai kota Eropa dan AS, di mana kelompok-kelompok ini sering menyerukan kekerasan terhadap Israel sambil menutup mata terhadap pelanggaran keji yang dilakukan Hamas sendiri.
Trump, dengan kebijakannya yang lebih tegas, berusaha menertibkan situasi ini, termasuk dengan membatasi dana USAID yang terbukti sering disalahgunakan oleh kelompok ekstremis, termasuk Jihad Islam Palestina. Langkah ini bertujuan untuk memastikan dana bantuan AS tidak digunakan untuk mendanai kelompok yang bersembunyi di balik kedok HAM tetapi sebenarnya memiliki agenda teroris dan anarkis.
Sayangnya, media seperti The Independent lebih sibuk mengutuk Trump daripada mengakui kebijakan-kebijakan ini justru diperlukan untuk menghadapi ancaman radikalisasi yang semakin nyata di Eropa dan Amerika sendiri.
Bagaimana pula halnya dengan pertemuan Starmer dan Trump belum lama ini di gedung putih. Mungkinkah PM Inggeris itu dapat menggiring Trump ke arah yang dikehendaki UE.
Meski pertemuan itu memiliki makna strategis, terutama dalam konteks hubungan AS-Uni Eropa (UE). Namun, kemungkinan Starmer dapat "menggiring" Trump ke arah yang dikehendaki UE tampaknya kecil.
Trump bukanlah tipe pemimpin yang mudah dipengaruhi oleh pemimpin asing, terutama dari Eropa. Sebaliknya, ia lebih cenderung menegaskan kepentingan AS dengan pendekatan transaksional. Jika UE ingin mempertahankan dukungan AS untuk Ukraina atau kebijakan-kebijakan lain yang mereka prioritaskan, mereka harus menawarkan sesuatu yang bernilai bagi AS - baik itu dalam bentuk kontribusi keuangan yang lebih besar untuk pertahanan NATO atau kebijakan perdagangan yang lebih menguntungkan bagi AS.
Starmer, yang lebih pro-UE dibanding pendahulunya, bisa-bisa saja mencoba merayu Trump dengan pendekatan diplomatis, menekankan nilai-nilai demokrasi Barat dan kerjasama transatlantik. Namun, Trump telah lama skeptis terhadap UE, terutama dalam isu pembiayaan pertahanan dan perdagangan yang dianggapnya tidak adil bagi AS. Jika pertemuan mereka menghasilkan sesuatu, itu kemungkinan besar dalam bentuk kesepakatan pragmatis yang menguntungkan kedua belah pihak, bukan perubahan besar dalam arah kebijakan luar negeri Trump.
Pada akhirnya, Starmer bisa mencoba membangun hubungan baik dengan Trump, tetapi kecil kemungkinan ia dapat sepenuhnya mengarahkan Trump sesuai keinginan UE. Trump lebih peduli pada kepentingan nasional AS dan akan tetap memainkan kartu keras dalam negosiasi dengan Eropa.
Sekarang kita tinggal membaca aliansi Amerika-Rusia di bawah Trump dan Putin. Bagaimana posisi China disitu dan bagaimana pula dengan penyelesaian masalah Hamas dan Iran di middlde east.
Aliansi AS-Rusia di bawah Trump dan Putin, jika benar-benar terbentuk, akan menjadi pergeseran besar dalam geopolitik global. Trump selama ini menunjukkan ketertarikan untuk bekerjasama dengan Rusia dalam berbagai isu, terutama dalam membatasi pengaruh China. Jika hubungan AS-Rusia membaik, ini bisa mengisolasi Beijing dan mengubah dinamika global, termasuk di middle-east.
Posisi China
China kemungkinan besar akan menghadapi tekanan lebih besar jika AS dan Rusia menemukan titik temu dalam kebijakan global. Beijing selama ini telah mempererat hubungan dengan Moskow untuk menyeimbangkan dominasi AS, tetapi jika Rusia mulai lebih condong ke Washington, China bisa kehilangan sekutu strategisnya. Hal ini bisa mempengaruhi ambisi China di Laut China Selatan, perdagangan global, serta kebijakan Belt and Road Initiative (BRI).
Penyelesaian masalah Hamas dan Iran
Trump diperkirakan akan kembali menerapkan kebijakan garis keras terhadap Iran dan kelompok-kelompok yang didukungnya, termasuk Hamas. Jika Trump dan Putin mencapai kesepakatan mengenai middle-east, ini bisa berarti akan ada tekanan lebih besar terhadap Iran untuk menghentikan dukungannya kepada milisi-milisi di kawasan. Trump sebelumnya sudah menarik AS dari perjanjian nuklir Iran dan bisa jadi akan meningkatkan tekanan ekonomi dan militer terhadap Teheran.
Dalam kasus Hamas, AS dan Israel kemungkinan besar akan mendapatkan lebih banyak dukungan untuk menekan kelompok tersebut, terutama jika Rusia juga mengurangi dukungannya kepada Iran. Ini bisa mempercepat penyelesaian konflik dengan pendekatan yang lebih pro-Israel dan anti-Iran. Namun, dampaknya di lapangan bergantung pada seberapa besar Iran masih mampu membiayai operasi Hamas dan kelompok lain di middle-east.
Jika aliansi AS-Rusia benar-benar terjalin, ini bisa mengarah pada perombakan besar dalam tatanan global, dengan China yang semakin terisolasi dan Iran yang semakin ditekan. Namun, ini semua masih bergantung pada bagaimana kepentingan nasional masing-masing negara berkembang dalam beberapa tahun ke depan.
Lihat :
Joyogrand, Malang, Fri', Febr' 28, 2025.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI