Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Wawancara Imajiner dengan Datu Nabolon Gajah Mada Nasangti: Danau Toba Setelah F1H2O Powerboat

8 Maret 2023   16:18 Diperbarui: 8 Maret 2023   16:22 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PP : Oh nama amang Datu unik. Nama itu mengingatkan saya sesuatu, yi Panglima Gajahmada-nya kerajaan Majapahit tempo doeloe. Jangan-jangan andalah Panglima Gajahmada itu.

DNGMN : O daong (bukan). Halak Batak najolo (orang Batak tempo doeloe) memberi nama selalu ada hubungannya dengan suatu kejadian. Nama saya Gajah sian mulana (nama saya Gajah sejak dulu). Tapi suatu ketika ada pertarungan melawan si raja babiat (raja Harimau) yang tangguh di Toba ini. Semuanya kalah, maka ada yang berteriak si Gajah mada na maju (si Gajahlah yang maju menghadapi raja babiat). Raja Harimau yang angker itu kukalahkan dengan segala aji (ilmu kesaktian) yang kumiliki. Sejak itu jadilah namaku Gajah Mada.

PP : He He .. menarik. Lalu Nasangti. Apa itu.

DNGMN : Nasangti artinya sakti mandraguna. Maklum pada era saya jauh sebelum Nommensen masuk, saya banyak belajar dari kaum Brahma dan Kesatria. Itu zaman Hindu Batak yang sudah lama raib. Peninggalan yang tersisa sekarang adalah buku laklak (buku dari kulit kayu) berbahasa batak kuno dan ditulis dalam huruf batak. Itupun sudah sangat langka.

PP : Okelah. Turi-turian (folklore) memang tak ada habisnya di tanah Batak ini. Budaya verbal masih tetap mendominasi hingga sekarang, sekalipun sudah banyak orang pintar. Jadi anggap sajalah era Hindu Batak itu adalah missing link dalam sejarah Batak. Kita nggak tahu siapa terminatornya sampai punah begitu. Semoga angkatan milenial sekarang mau menggali dan mempelajarinya lebih jauh.

DNGMN : Orang Batak pastinya lama terisolasi dari dunia luar. MOP Siregar dalam bukunya Tuanku Rao, menulis tanah Batak adalah "splendid isolation."


PP : Setuju. Tanah Batak Indah tapi terisolir. Syukurlah berkat Presiden Jokowi dan Pak Luhut, tanah Batak sekarang sudah terbuka. Hanya tinggal membuka akses baru Siantar-bandara Sibisa, maka Danau Toba ke depan ini pastilah hebring karena unlocked. So, bagaimana pendapat amang Datu tentang sikon tanah Batak sebelum itu.

DNGMN : Leluhurmu selama ini sudah cukup memberi pasu-pasu (berkat) untuk Tanah Batak dan juga Nusantara. Kecerdasan dan kekayaan di antara kalian sudah tak terbilang. Begitu juga anak-anak bangsa lainnya di Nusantara. Tapi pasu-pasu itu semua tidak ditindaklanjuti optimal. Ucapan syukur kalian basa-basi dan gagah-gagahan saja. Solidaritas dan kebersamaan pada kenyataannya omongkosong.

PP : Lha, koq bisa seperti itu amang Datu?

DNGMN : Lihat saja sebelum Soeharto jatuh bagaimana dongoknya dia mengiyakan dan meneken segala macam eks Barat. BJ Habibie mau saja dikibuli AS Cs agar diadakan jajak pendapat stupid di Timor timur. Apa yang terjadi kemudian. Makanlah rekayasa AS dkk itu.

PP : Woaduh. Lalu bagaimana orang-orang pintar kita yang semakin pintar setelah puluhan tahun merdeka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun