Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Situs Watu Gong

5 Januari 2022   14:14 Diperbarui: 6 Januari 2022   20:53 2698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Watu Gong Tlogomas, Lowokwaru, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.

Situs Watu Gong

Malang memang takkan Malang nasibnya apabila dapat menggalikembangkan kisah masa lalu mereka sebanyak mungkin. Kalau hanya sebatas zaman Londo atau zaman Belanda. Itu mudah, karena banyak rekam tertulisnya. Maka ke depan setelah Kayutangan Heritage yang sudah finish dikerjakan Pemkot Malang penghujung tahun 2021 lalu, tinggal bagaimana para akhli dapat membantu Walikota Malang dalam menyambungkan zona tugu dengan alun-alun kota. Jadilah dia obyek wisata kota tempo doeloe. Mudah bukan.

Lain halnya dengan rekam jejak kuno. Ini terbilang sulit. Di kota Malang situs yang terlihat jejaknya hanyalah situs Ken Arok dan Ken Dedes di Singosari. Ini pun masih harus ditapaki lebih jauh lagi oleh para akhli, sehingga bisa dinarasikan dengan sebaik-baiknya dalam buku sejarah, dan tentu situs penting itu tiba pada momentnya harus dipugar disesuaikan dengan hasil penggalian arkeologis atau dari folklore warga yang bisa disarikan kembali.

Selain situs Singosari, Malang juga punya prasasti penting lainnya yang belum jauh ditelusuri yi Prasasti Dinoyo tahun 760 M. Prasasti seperti itu di zaman sekarang hanyalah pernyataan singkat bahwa katakanlah gedung ini dibangun pada tahun bla bla bla, bertujuan bla bla bla, semoga gedung ini bermanfaat buat masyarakat dan ttd ntah Walikota, Bupati, Menteri atau Presiden. Bergantung apa dan bagaimana kepentingannya. Prasasti kuno yang kebanyakan tertulis di lempeng batu atau daun lontar, juga memuat hal semacam itu, tapi lebih rinci sedikit, seperti Prasasti Dinoyo yang copy-nya ada di UNM. Prasasti dimaksud teruntai  dalam beberapa bait. Pada bait ketujuh Prasasti Dinoyo tertulis adanya "pembangunan rumah besar untuk kaum Brahmana".

Watu Gong Tlogomas, Lowokwaru, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.
Watu Gong Tlogomas, Lowokwaru, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.

Di tengah kesejukan dan keterlenaan Malang, rupanya ada Dwi Cahyono seorang peneliti dari UNM Malang yang diam-diam berkutat mencoba memecahkan misteri rumah bagi kaum Brahmana yang disebut-sebut dalam prasasti kuno tersebut. Misteri itu terkuak setelah Dwi berhasil menemukan lokasi situs. Lokasi itu persisnya di area parkir belakang McDonald, Jln. MT Haryono atau bagian belakang Unibraw. Jln di samping McDee itu kemudian dinamakan Jln. Watu Gong sesuai dengan hasil temuan berupa batu-batu kuno yang ditempa berbentuk gong atau alat musik pentatonik Jawa. Bagian belakang McDee yang dilingkari pagar tembok itu terdapat bangunan seperti cungkup yang syukurnya belum diapa-apain McDee. Itulah situs yang selama ini ia cari.

Cukup sulit mengenali situs ini karena tertutup pagar tembok yang melingkar. Situs kuno yang kemudian dinamakan Watu Gong itu lokasinya kini masuk lahan milik McDee. Tepatnya di area parkir belakang pojok kanan, tepat di samping musholla milik resto cepat saji tersebut.

Mengutip wearemania.net salah satu warga asli Ketawanggede mengatakan bahwa situs kuno ini merupakan peninggalan kerajaan Kanjuruhan. Sebelumnya batu-batu kuno ini terbagi menjadi dua bangunan yang bersebelahan, namun salah satunya terbongkar dan sudah menjadi Musholla. Selain batu-batu berbentuk gong, dulu ada sebuah patung kecil yang sekarang kabarnya telah berpindah dan tersimpan di Gedung Kelurahan Ketawanggede selama puluhan tahun. Dulunya juga terdapat batu berbentuk lesung dengan ukuran besar memanjang. Namun karena kurangnya kesadaran masyarakat sekitar, batu lesung dan beberapa batu berbentuk gong itu hancur dan dipergunakan sebagai bahan pembangunan rumah warga.

Watu Gong MT Haryono, Lowokwaru, Malang. Foto : aremania.net
Watu Gong MT Haryono, Lowokwaru, Malang. Foto : aremania.net

Situs ini dikelilingi oleh tembok yang berukuran sekitar 5x5 meter. Pagar tersebut digembok dan kuncinya dipegang oleh pihak McDee. Dalam bangunan yang berbentuk cungkup itu terdapat belasan batu-batu yang berbentuk atau menyerupai gong, salah satu alat musik tradisional gamelan, yang bercampur dengan batu-batu biasa sekitar lokasi. Selain itu terdapat 3 batu besar berbentuk kubus dengan lubang bagian tengahnya. Yang masih disyukuri, McDee menyadari bahwa itu adalah situs kuno yang harus dirawat dan dilestarikan. Dan sejauh ini Watu Gong masih tergeletak aman di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun