Mohon tunggu...
Pardosa Godang
Pardosa Godang Mohon Tunggu... Dosen - Pelayan, pengajar dan pembelajar

Haus belajar, harus terus sampai aus ...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Food Combination a la Istriku

13 Juni 2022   18:19 Diperbarui: 13 Juni 2022   18:26 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

'Nggak terasa, lebih dua tahun belakangan ini aku selalu dibawain bekal untuk makan siang di kantor dari rumah. Covid-19 yang menyebabkan banyak keterbatasan termasuk larangan kantin menyediakan makanan sebagai salah satu pemicunya. Jangan tanyakan makanan apa yang aku selalu bawa untuk disantap saat waktu istirahat tersebut, karena aku pun 'nggak tahu menjawabnya. Lha, koq?

Ya, iya. Sebabnya adalah makanan yang aku bawa ke kantor sangat bergantung pada apa yang ada dijual di pasar kecil dekat rumah kami. Finalnya, bergantung pada apa yang ada di kulkas untuk dimasak pagi hari sebelum aku berangkat ke kantor.

Hasilnya adalah food combination. Benar-benar kombinasi makanan yang ada di kulkas. Bisa saja jagung pipil rebusan, sayur buncis rebus, dengan lauk nugget goreng. Kadang juga jagung pipilan rebusan, rebusan jipang muda, dengan lauk telur mata sapi. 

Kadang juga nasi putih, sambal ati ampela, dengan daun singkong rebus. Kadang kombinasi di antara yang itu-itu juga. Yaa, namanya juga food combination ... Kombinasi bahan yang ada di kulkaslahhh ...

Walaupun demikian, setiap malam istriku selalu bertanya: besok mau disiapin apa? Reaksiku hanya ada dua: diam saja karena aku tahu 'nggak punya opsi karena semua bergantung pada apa yang tersedia di kulkas. 

Satunya lagi -- dan ini yang aku suka karena beliau juga sangat senang mendengarnya -- yang paling sering aku katakan: "Tak usahlah ditanya, apa pun yang kamu sediakan pasti itu enak dan yang terbaik bagiku. Takkan ada yang bisa menandinginya.". Tak ada kebahagiaan yang lebih bahagia melihat pasangan kita bahagia, 'kan?

Nah, sebagai konsekwensi dari ucapan tersebut adalah memastikan bahwa makanan tersebut benar-benar habis. Membayangkan kekecewaannya manakala mengetahui masih ada sisa pun aku sudah 'nggak tega. 

Akibatnya, aku selalu pastikan makanan yang aku bawa habis. Dan entah kenapa, aku 'nggak pernah keberatan untuk menghabiskannya. Ada kenikmatan tersendiri dan rasa bahagia ketika menyuapi mulut dengan butiran nasi terakhir.

Walaupun ada undangan makan siang bareng direksi -- yang sudah pasti susah menolaknya karena momen tersebut juga sebagai sarana komunikasi informal dan kesempatan yang tidak banyak orang memilikinya -- aku pastikan untuk tetap menghabiskan bekal yang aku bawa dari rumah paginya. 'Nggak heran kalau selama pandemi ini aku malah kesulitan menjaga berat badan ideal, apalagi menurunkannya! Bagaimana dengan Anda?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun