Rabu, 17-09-2025
Pemateri: Twistanisa Atha Brilliant Ilmi
Sains dan Teknologi dalam Bingkai Budaya
Pernahkah kita membayangkan hidup tanpa teknologi? Bayangkan jika hari ini kita tidak punya ponsel, internet, atau bahkan transportasi modern. Mungkin hidup akan berjalan lebih lambat, namun sekaligus lebih sederhana. Pertanyaan ini sering muncul di benak saya sebagai mahasiswa baru: apakah kemajuan sains dan teknologi selalu membawa kebaikan, atau justru bisa menggerus nilai-nilai budaya yang sudah kita jaga berabad-abad lamanya?
Sains dan teknologi sejatinya adalah hasil kreativitas manusia untuk mempermudah hidup. Dari cara bercocok tanam, berdagang, sampai menjalin komunikasi, semuanya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan. Namun, satu hal yang sering terlupakan adalah bahwa setiap perkembangan itu lahir dalam ruang budaya tertentu. Tanpa bingkai budaya, sains dan teknologi bisa kehilangan arah, bahkan berbalik melukai manusia.
Ambil contoh di Yogyakarta, kota yang terkenal dengan julukan kota budaya sekaligus kota pelajar. Di satu sisi, kita bisa melihat bagaimana budaya Jogja mampu bersinergi dengan teknologi. Misalnya, seni batik dan kerajinan tradisional kini dipasarkan lewat platform digital. Anak muda Jogja tidak hanya mewarisi ketrampilan membatik, tapi juga belajar memanfaatkan e-commerce dan media sosial untuk memperluas jangkauan pasar. Ini contoh bagaimana budaya dan teknologi bisa saling menguatkan.
Namun, ada juga sisi sebaliknya. Tidak jarang kita melihat budaya santun dan ramah khas Jogja mulai tergerus karena derasnya arus media sosial. Bahasa halus yang dulu dijunjung tinggi kadang tergantikan dengan komentar kasar di dunia maya. Tradisi kumpul dan ngobrol hangat bisa kalah oleh kesibukan masing-masing orang dengan gawai di tangannya. Di titik ini, kita sadar bahwa teknologi memang mempermudah hidup, tetapi jika tidak dikendalikan oleh budaya dan etika, ia bisa mengikis nilai luhur.
Sebagai mahasiswa, kita punya tanggung jawab moral untuk menjaga keseimbangan ini. Sains dan teknologi memang harus terus kita kuasai agar tidak tertinggal dalam persaingan global. Namun, jangan sampai kecanggihan itu membuat kita lupa siapa diri kita sebenarnya. Nilai Pancasila, kearifan lokal, serta tradisi baik yang ada di sekitar kita adalah fondasi yang membuat kemajuan tetap berpihak pada manusia, bukan sebaliknya.
UNISA Yogyakarta sendiri menekankan pentingnya integrasi ilmu pengetahuan dengan nilai budaya dan moral Islam berkemajuan. Mahasiswa diajak untuk berpikir kritis, menguasai teknologi, sekaligus tetap membumi pada nilai kemanusiaan. Dengan pendekatan ini, kita tidak hanya siap menghadapi tantangan global, tetapi juga tetap berakar pada identitas bangsa.
Pada akhirnya, sains dan teknologi ibarat pisau bermata dua. Ia bisa digunakan untuk membangun atau menghancurkan, tergantung siapa yang memegangnya. Maka, mari kita gunakan sains dan teknologi dalam bingkai budaya---sebagai sarana untuk melestarikan tradisi, memperkuat identitas, dan membawa kebaikan bagi sesama. Dengan begitu, kemajuan tidak akan pernah memisahkan kita dari budaya, melainkan membuat keduanya berjalan beriringan untuk masa depan yang lebih manusiawi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI