Mohon tunggu...
Panggih Subagyo
Panggih Subagyo Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Literasi

Hobi Menulis membaca dan menanam

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Buku Terbaik Sepanjang Masa : The Wind In The Willows (Embusan Angin Di Pohon Dedalu)

21 Juni 2020   20:20 Diperbarui: 21 Juni 2020   20:54 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku  karya Kenneth Grahame seorang penulis asal Skotlandia ini merupakan buku fabel terbaik sepanjang masa. OCLC memasukannya kedalam 100 Novel di dunia yang akan selalu abadi. Buku ini sebenarnya merupakan buku cerita untuk anak-anak, namun syarat akan makna-makna kehidupan, sehingga bisa dibaca untuk semua kalangan. 

The Wind in the Willows bercerita tentang persahabatan binatang. Empat tokoh utama yaitu Tikus air (Raty), Tikus Tanah (Moly), Katak (Toady) dan seekor luwak. Mereka memiliki sifat karakter dan kegemaran yang berbeda. Raty seekor tikus air yang sangat mencintai sungai, berlayar dengan perahunya untuk menikmati keindahan setiap sudut sungai. Moly adalah tikus tanah yang polos dan selalu ingin belajar. Katak merupakan binatang yang sombong dan ceroboh sehingga sering merepotkan kawan-kawannya. Sedangkan Luak adalah binatang pendiam , suka menyendiri namun sangat bijaksana menyayangi kawan-kawanya.

Kisah mereka bermula dari seberang hutan angker  ditepain sungai yang ditumbuhi pohon Dedalu. 

Banyak nilai-nilai persahabatan yang dapat diambil dari cerita ini. Seperti kata Luak “ kita harus hidup dan memberi kesempatan yang lain untuk tetap hidup”. Ini seolah memberitahu  bahwa janganlah naik derajat dengan cara menginjak kepala orang lain, kita harus sama-sama hidup dan jangan menindas. Mukti siji mukti kabeh.

Persahabatan yang organik juga ditunjukan dalam kisah ini. Katak yang sombong, pamer dan ceroboh selalu membuat masalah sehingga membuat teman-temanya kerepotan. Sayangnya Katak tidak pernah merasa jera dan kapok dengan tindakannya, dia selalu mengulang dan  mengulang. Kelakuan katak yang seperti itu  membuat Moly, Raty dan Luak lantas tidak meninggalkan Katak. Mereka malah ingin menyadarkan katak bagaimanapun caranya. Begitulah  sesungguhnya persahabatan yang sejati. 

Membaca kisah ini melayangkan imaji kita pada keindahan alam ,sungai jernih yang mengalir di dekat hutan belantara. Binatang-binatang sangat mencintai keindahan alam tempat tinggal mereka. Raty selalu mengagumi sungai dan sekitarnya lalu menuliskan puisi atau lagu yang menggambarkan keindahanya. 

Beberapa binatang melakukan migrasi di musim tertentu namun mereka akan selalu merindukan rumah mereka, dan suatu saat kembali. Seperti yang dikatakan Tikus Tanah saat tidak sengaja melewati lorong yang ternyata adalah rumahnya “ sungai adalah tempat berpetualang, disini adalah rumahku”. Walaupun rumah Moly sangat sederhana tapi itulah tempat terbaik untuk pulang, dimana banyak hal-hal yang tidak ditemukan diluar sana. Rumahku istanaku, rumahku syurgaku. 

Diakhir cerita Raty, Moly dan Luak berhasil membuat  katak sadar. sikapnya pun berubah total. Itu semua bukti dari kekuatan persahabatan, mampu melunakan hati yang keras. Atas perubahan itu Katak diberikan pengampunan dan tidak dipenjara atas semua kesalahanya. semua pihak akan mendapatkan ganjaran yang sesuai dengan apa yang telah diperbuat, begitu kata-kata diakhir cerita ini. 

Melalui cerita ini kita bisa belajar tentang nilai-nilai kemanusian kepada para penghuni tepian sungai bawah pohon Dedalu . Kepada Tuan Tikus Air yang cerdik,  Tikus Tanah yang pemberani, Tuan katak yang dermawan dan Tuan Luwak yang bijaksana. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun