Mohon tunggu...
pangeran toba hasibuan
pangeran toba hasibuan Mohon Tunggu... Lainnya - jadilah seperti akar meski tidak terlihat, tetap tulus menguatkan batang dan menghidupi daun, bunga atau buah termasuk dirinya sendiri

Bukan apa yang kita dapatkan, tapi menjadi siapakah kita, apa yang kita kontribusikan, itulah yang memberi arti bagi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pengalaman Pilpres

15 November 2021   15:06 Diperbarui: 15 November 2021   15:33 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Negara kita baru empat kali melaksanakan Pemilihan Presiden (Pilpres) secara langsung yang dipilih oleh rakyat yaitu pada 2004 dan baru pertama kali melaksanakan Pemilihan Umum (Pemilu) serentak, Pemilihan Anggota DPRD tingkat I dan II, Pemilihan Anggota DPR Pusat, Pemilihan Anggota DPD dan Pemilihan  Presiden pada 2019. 

Perhelatan akbar politik di negara kita, pemilu serentak  akan kembali dilaksanankan kembali 2024. Perlahan tapi pasti waktu semakin mendekat, masih ada waktu untuk persiapan dengan tidak melupakan pengalaman pemilu sebelumnya.

Tidak dapat dipungkiri pemilu serentak 2019 selain paling melelahkan dan paling banyak mengeluarkan energi, baik dana maupun tenaga juga merupakan pilpres yang paling sengit selama pilpres yang pernah kita lakukan. 

Sangat terlihat polarisasi pendukung kedua pasangan capres apalagi salah satu pasangan calon sempat menggugat kemenangan pasangan yang lain yang akhirnya diputuskan melalui persidangan Mahkamah Konstitusi.

Patut diapresiasi langkah yang diambil bapak Joko Widodo sebagai pemenang untuk merangkul bapak Prabowo Subianto dan baru kali ini terjadi di Indonesia rivalitas calon presiden bisa bersatu dalam kabinet. 

Namun tidak demikian halnya dengan pendukung kedua kontestan, polarisasi masih terasa dengan sebutan (julukan) masing-masing 'cebong' dan 'kampret'. 

Polarisasi belum mencair seutuhnya ini bisa terlihat dan terasa di perbincangan media sosial bahkan ada yang terbawa sampai di kehidupan keseharian.

Pilpres 2019 harus menjadi pengalaman berharga buat KPU dan semua masyarakat Indonesia. KPU harus mampu mengantisipasi semua kejadian buruk agar tidak berulang kembali, mulai dari persiapan surat suara, penghitungan surat suara maupun peraturan kampanye. KPU harus  tetap berpegang pada asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Termasuk mengantisipasi jangan sampai petugas pemilih (anggota KPPS) tumbang bahkan meninggal akibat kelelahan.

 Sebaliknya bagi masyarakat pendukung capres harus bisa lebih cerdas dalam memilih melalui cara berpikir yang dewasa dan rasional terlebih dalam bertindak.  Pilpres adalah bagian dari proses politik bukan bagian dari keagamaan atau akhir dari segalanya. Kita semua bisa menyaksikan bagaimana politik berlangsung, sekarang bisa lawan besok menjadi kawan, karena tidak ada yang abadi dalam dunia politik. 

Adalah sesuatu yang wajar dan baik dalam dukung mendukung pasangan capres namun tidak perlu larut dalam emosi yang berlebihan karena pada akhirnya capres yang menang harus mengayomi semua kelompok. 

Bagi pasangan calon presiden dan wakil presiden tidak perlu membawa suku, ras apalagi agama, terlalu besar resikonya untuk kesatuan dan persatuan bangsa dan negara, harus bisa menunjukkan sosok kenegarawanan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun