Mohon tunggu...
Pandu Kusumaningtyas
Pandu Kusumaningtyas Mohon Tunggu... mahasiswa

24107030153

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Aciku Dan Anak Muda Yang Tak Takut Ambil Resiko

12 Juni 2025   09:01 Diperbarui: 12 Juni 2025   03:27 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : momu.photobooth

Di antara hiruk-pikuk kuliner jalanan Klaten yang kian beragam, seorang pemuda berusia 19 tahun, Muhammad Fakkar Zakiyan, mencuri perhatian lewat usahanya yang ia rintis sejak Ramadan 2024. Nama usahanya singkat dan mudah diingat yaitu Aciku sebuah usaha makanan berbasis aci (tepung tapioka) yang kini perlahan tumbuh menjadi favorit banyak orang, khususnya kalangan pelajar dan mahasiswa.

Dari pinggir jalan hingga media sosial, Fakkar dengan penuh semangat memperkenalkan produk yang ia racik sendiri. Dalam setiap tusukannya, ada cerita, perjuangan, hingga cita-cita besar yang ingin ia wujudkan. Usaha ini bukan hanya tentang menjual makanan, tetapi tentang keberanian mengambil risiko, membangun identitas, dan menyebarkan inspirasi.

Saat ditanya mengapa memilih berjualan makanan berbahan dasar aci, Fakkar menjawab sederhana, "Karena sebelumnya tertarik dengan dunia usaha, dan saya lihat makanan dari aci masih belum banyak dijual di Jogja. Padahal potensinya besar."

Aci yang biasanya hanya dikenal dalam bentuk cilok atau cimol di tangan Fakkar diolah menjadi lebih kreatif. Ia menawarkan tiga varian utama yaitu Cipak (aci berisi ayam), Cipuk (aci kerupuk), Cibay (pangsit isi aci)

Semua produk dibuatnya sendiri dari bahan dasar tepung tapioka yang diuleni hingga kalis, kemudian dimasak seperti cilung dan dimodifikasi resepnya agar sesuai selera anak muda masa kini.

"Saya memodifikasi resepnya agar tidak membosankan. Anak-anak sekolah suka yang gurih, pedas, dan bisa dikombinasikan," ujarnya sambil menunjukkan varian saus yang disediakan di gerobaknya.

Aciku bukan usaha pertama yang pernah digeluti Fakkar. Sebelumnya, ia sudah mencoba berbagai usaha kecil, termasuk thrifting. Namun usaha ini terasa lebih cocok dan menjanjikan. Ia memulai dari titik nol, dengan modal terbatas dan dukungan dari sepupunya, Bagus Faisal, yang kini menjadi partner bisnisnya.

"Tantangan paling berat itu waktu hujan deras, karena tempat jualannya outdoor, jadi kadang harus tutup. Selain itu, kalau ada event mendadak juga bisa memengaruhi penjualan," tutur Fakkar.

Namun bukan itu tantangan terbesarnya. Ia pernah hampir menyerah karena kelelahan dan tekanan mental. "Pernah pengin nyerah, tapi karena ada dukungan dari partner, jadi saya tetap lanjut," ungkapnya. Bagus, sang sepupu, menjadi penyemangat yang tak tergantikan dalam masa-masa sulit tersebut.

Meski tempat berjualannya hanya di pinggir jalan, Fakkar tak lupa memanfaatkan media sosial sebagai alat promosi. Ia mengunggah foto produk, testimoni pelanggan, serta membuat konten ringan agar lebih dekat dengan audiens.

"Instagram dan WA penting banget. Saya nggak bisa selalu jualan offline, jadi saya tetap aktif online buat jaga awareness," katanya. Hal ini penting terutama saat hujan atau ada kendala lapangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun