Pernah nggak terpikir, betapa cepatnya dunia berubah karena teknologi? Dulu kita antre beli tiket di loket, sekarang tinggal klik di aplikasi. Belanja, kerja, bahkan sekolah bisa dilakukan dari rumah. Semua ini adalah bagian dari Revolusi Industri 4.0, era ketika kecerdasan buatan (AI), big data, dan internet mengubah hampir semua aspek hidup manusia.
Di tengah arus globalisasi digital ini, ada satu hal yang tidak boleh kita lupakan: jati diri bangsa. Bagi Indonesia, jati diri itu terangkum dalam Pancasila.
Tantangan Besar di Era 4.0
Teknologi memang membawa kemudahan, tapi juga menimbulkan masalah baru:
Ketimpangan digital akses internet di kota besar maju pesat, tapi banyak desa masih ketinggalan.
Ancaman keamanan siber kasus peretasan Pusat Data Nasional (PDN) 2024 jadi alarm penting.
Dominasi raksasa teknologi global platform asing menguasai pasar, sementara UMKM lokal sulit bersaing.
Banjir informasi palsu hoaks dan ujaran kebencian mudah sekali menyebar lewat media sosial.
Belum lagi soal geopolitik. Amerika Serikat dan Tiongkok berlomba menguasai teknologi 5G, chip, dan AI. Indonesia mau tak mau berada di tengah-tengah persaingan ini.
Pancasila Sebagai Kompas Digital
Di sinilah Pancasila relevan. Lima sila itu bukan sekadar hafalan di sekolah, tapi bisa jadi panduan menghadapi dunia digital: