Mohon tunggu...
Penyair Amatir
Penyair Amatir Mohon Tunggu... Buruh - Profil

Pengasuh sekaligus budak di Instagram @penyair_amatir, mengisi waktu luang dengan mengajar di sekolah menengah dan bermain bola virtual, serta menyukai fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Gerimis Reda

14 September 2021   18:26 Diperbarui: 14 September 2021   18:33 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelaki itu tanpa ragu setuju. Ia bahkan mengaku tak tahu jika ada tempat semacam itu.

"Pasti menyenangkan melihat orang-orang miskin. Itung-itung pengalaman spiritualitas" ujarnya.

Sekitar tiga puluh menit, kami tiba di tempat tujuan. Saya memarkir motor di tempat parkir tamu-tamu yang berkunjung. Setiap akhir pekan, kampung ini selalu saja ramai. Orang-orang dari luar kota banyak yang berbondong-bondong ke sini. Saya juga tidak habis pikir, lelaki yang berasal dari kota G ini tidak tahu tempat ini.

Tiba-tiba saja, saya mendapat ilham. Nasihat apa yang harus saya berikan kepada lelaki yang sekarang berdiri di hadapan saya.

Mas Sobirin, demikian saya memulainya sembari berjalan beriringan. Beberapa orang yang baru saja menikmati udara kemiskinan menampakkan wajah yang gembira.

"Suatu waktu saya juga pernah punya semacam pilihan seperti Mas Sobirin. Saya bertekad untuk mengakhiri hidup. Bedanya, bukan penderitaan yang menjadi latar belakang saya. Tetapi kegembiraan yang berlebihan."

Kami terus melangkah perlahan. Sobirin dengan seksama memperhatikan ucapan saya.

"Jika memang penderitaan yang mendera Mas Sobirin, ikuti saya. Saya akan menunjukkan kepada sampean, bagaimana orang-orang mengakhiri hidupnya dengan bijaksana."

Saya tersenyum. Sobirin juga tersenyum. 

Kami memasuki gapura yang terbuat dari bambu. Sebagai penanda jika kami telah memasuki kampung kemiskinan. 

Beberapa satpol pp tampak berjaga-jaga. Tak jarang, pengunjung diserbu puluhan peminta-minta. Bahkan pernah sampai ada yang tertusuk. Toh, kawasan ini tetap ramai. Bahkan pemerintah kota turun tangan dan melestarikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun