Maksudnya didekati adalah mereka diajak komunikasi. Sekalipun muatan komunikasi dianggap remeh-temeh, misalnya, "sehat ya?", "kamu hari sangat ceria", "tadi ke sekolah diantar atau berangkat sendiri", "rumahmu mana?", dan "kamu sudah sarapan atau belum" merupakan bentuk komunikasi yang, disadari atau tak disadari, menguatkan kepercayaan diri murid, keberanian murid, dan mengikis rasa malu.
Sebab, betapa pun, murid akhirnya menjawab. Dan, guru dapat mengembangkan komunikasi ini secara lebih akrab. Lebih berempati. Sehingga, murid merasa nyaman, sejahtera, dan bahagia.
Komunikasi dapat saja perihal yang lebih serius. Misalnya, "apa materi yang perlu dijelaskan lagi untukmu", yang paling kamu sukai materi apa?", "kamu menyukai pelajaran apa?", dan "pernah ikut lomba?".
Pertanyaan-pertanyaan ini hanya sekadar sarana untuk membangun komunikasi. Sehingga, akan lebih mengena kalau dikemas secara rileks. Intinya, menggugah spirit belajar murid. Pertanyaan-pertanyaan ini justru menjadi pintu masuk murid menjadi pribadi lebih berani, percaya diri, tak malu, dan terbuka.
Memang cara ini membutuhkan energi yang lebih karena guru sesekali perlu mobilitas dalam ruang belajar. Seperti sudah disebut di atas, yaitu bergerak berkomunikasi dari satu murid ke murid yang lain.
Kalau ini dilakukan secara berkelanjutan, jarak antara guru dan murid akan terkikis. Taruhlah, misalnya, saat jam mengajar dapat membangun komunikasi dengan satu-dua murid saja sudah sangat berefek. Sebagian orang boleh menganggap hal ini sepele, tapi efek edukasinya sangat dirasakan.
Saya sangat percaya bahwa guru yang giat gerak di ruang belajar, misalnya menyapa murid ini, menanyai murid itu, dan berkomunikasi ramah, yang juga terus dilakukan, akan melahirkan murid-murid yang aktif, yang giat terlibat dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya, tak usah menunggu lama dan memotivasi berulang-ulang seandainya guru menawarkan kepada murid maju menuliskan pekerjaannya di papan tulis atau mempresentasikan pekerjaannya di hadapan teman-temannya. Murid pasti berebutan karena mereka tak malu, tak takut, dan mereka percaya diri.
Tentu situasi dan kondisi proses pembelajaran yang tergambarkan seperti ini disukai dan diharapkan oleh semua guru. Bahkan, tentu juga diingini oleh semua murid. Sebab, situasi dan kondisi proses pembelajaran yang seperti ini memuat kegembiraan, kebahagiaan, dan kenyamanan.
Akhirnya, dapat dikatakan bahwa sekalipun guru sudah masuk ke ruang belajar membersamai murid, tapi malas gerak, sudah pasti tak dapat melahirkan murid-murid yang aktif belajar. Apalagi kalau murid sering ditinggal dan hanya diberi tugas. Tentu saja tak membawa perubahan yang positif dan produktif dalam diri murid.
Hal ini bukan berarti bahwa guru tak dapat memberi tugas kepada muridnya dan meninggalkannya. Tentu saja tak seperti ini maksudnya.