Toh memang, masing-masing siswa memiliki ukuran yang berbeda. Tetapi, perihal rasa nyaman dan aman sebagai hak yang secara sama perlu dimiliki oleh siswa.
Siswa ini dan siswa itu, misalnya, sama-sama membutuhkan rasa nyaman dan aman dalam proses pembelajaran. Karenanya, melalui guru, siswa diarahkan menerima dan menghargai perbedaan yang ada dalam diri setiap mereka.
Karenanya, keberhasilan guru dalam proses pembelajaran sejatinya adalah ketika guru mampu mengarahkan siswa dapat menerima dan saling menghargai perbedaan yang ada (dalam diri setiap mereka).
Yaitu, menerima keberadaannya sendiri dan menerima keberadaan temannya, yang sekaligus menghargai perbedaan termaksud. Sehingga, rasa nyaman dan aman dapat dirasakan oleh semua siswa dalam proses pembelajaran.
Meningkatkan kualitas rasa nyaman dan aman dalam diri siswa relatif lebih mudah dikerjakan (oleh guru) daripada menumbuhkan rasa nyaman dan aman dalam diri siswa.
Sebab, kalau meningkatkan berarti siswa sudah memiliki kegembiraan dan kebahagiaan. Tetapi, kalau menumbuhkan berarti dalam diri siswa belum ada kegembiraan dan kebahagiaan.
Maka, sekali lagi, momen masuk sekolah usai libur, lebih-lebih libur lebaran, ini perlu dikerjakan oleh guru secara cerdas.
Sehingga, siswa yang rerata masih menyimpan rasa nyaman dan aman di dalam benaknya, kualitas rasa nyaman dan amannya dapat ditingkatkan. Agar, mereka dapat menikmati proses pendidikan yang diikutinya secara optimal.
Sementara itu, siswa yang jauh dari rasa nyaman dan aman di dalam benaknya sekalipun mereka juga turut memasuki masa libur, termasuk libur Lebaran, tetap bisa memperoleh pengalaman pembelajaran yang menggembirakan dan membahagiakan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI