Siswa terlahir dan umumnya mengenyam pendidikan di daerahnya masing-masing. Sejak pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga sekolah menengah atas (SMA)/sekolah menengah kejuruan (SMK) dan yang sederajat.
Bahkan, mungkin, hingga perguruan tinggi (PT) kalau memang di daerah termaksud sudah ada PT. Tetapi, ada juga siswa yang sekalipun masih di jenjang pendidikan dasar dan/atau menengah sudah belajar di luar daerah.
Tentu keduanya, baik yang mengenyam pendidikan di daerahnya sendiri maupun yang bersekolah di luar daerahnya, memiliki alasan masing-masing. Yang, memang tak perlu dipertentangkan.
Sebab, sudah pasti keduanya memiliki tujuan yang mulia. Yaitu, sama-sama menyiapkan anak untuk memasuki masa depan sesuai dengan bagiannya masing-masing.
Dengan begitu, semua anak akan dapat menemukan kebahagiaan dan kesejahteraan sesuai kompetensi dan keunikannya masing-masing dalam kandungan proses pendidikan.
Tentu kita semua mengerti bahwa dalam paradigma pendidikan, lingkungan memiliki efek terhadap proses kependidikan siswa. Termasuk tokoh-tokoh terkenal yang pernah ada dan berada di daerah siswa termaksud lahir dan dibesarkan pun dapat memberi efek.
Itu sebabnya, tokoh terkenal dalam keahliannya masing-masing dapat menjadi spirit mereka. Bahkan, dapat menjadi spirit yang dahsyat di dalam proses pendidikan mereka jika tokoh terkenal ini berasal dari daerah mereka.
Apalagi jika tokoh terkenal ini sudah masuk ke level tokoh nasional, bahkan tokoh internasional. Pengaruhnya sangat besar. Sekalipun tokoh ini sudah meninggal.
Tetapi, galibnya, tokoh-tokoh seperti ini meninggalkan warisan berharga, sekalipun tak harta benda. Yang, tentu dapat dipelajari oleh generasi berikutnya. Yang, dipastikan pula sangat bermanfaat.
Seperti tokoh Soekarno yang lahir di Surabaya dan dimakamkan di Blitar, misalnya. Ia akan menjadi spirit bagi masyarakat Surabaya, bahkan juga masyarakat Blitar sekalipun Blitar sekadar sebagai tempat Soekarno dimakamkan.