Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penggerak Pendidikan Jangan Jadikan Komoditas Politik

17 Januari 2023   10:52 Diperbarui: 17 Januari 2023   11:12 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diambil dari bimba-aiueo.com

Coba kalau dalam satu sekolah hanya ada satu CGP.  Tentu tidak bisa saling menyemangati. Dia sendiri yang menyemangati dirinya sendiri. Atau, menanti kebaikan teman (guru) yang mau menyemangati. Sekalipun tentu ada support dari kepala sekolah. Sebab, dirinya terseleksi dalam CGP tentu seizin kepala sekolah.

Saya dapat membandingkan teman-teman yang lolos CGP dan yang belum lolos atau yang tidak mau mengikuti seleksi karena mereka merasa tidak mampu. Teman-teman yang lolos CGP memacu diri dengan terus belajar dan terus belajar. Beberapa kesibukan di antaranya sudah saya sebutkan di atas.

Saya juga sempat melirik beberapa kesempatan  ketika mereka mengajar di kelas. Ada yang berubah. Tidak seperti biasanya. Anak-anak merasa senang dan aktif. Pernyataan ini tidak imajinasi saya. Saya memang melihat dengan mata kepala sendiri. Pengajaran mereka memang menarik. Sumpah!

Padahal, mereka masih CGP, belum menjadi guru penggerak (GP). Tetapi, sudah membawa perubahan dalam proses pembelajaran. Perubahan dalam pembelajaran yang mereka lakukan buah dari belajar. Mereka belajar bersama, satu dengan yang lain saling membantu. Berkolaborasi. Baik dalam pemahaman teori, teknologi, maupun praktik.

Catatan saya ini (seperti sudah saya singgung di atas) berdasarkan pengamatan saya sehari-hari di sekolah terhadap mereka. Berkumpul dengan mereka. Berbicara dengan mereka. Di antara mereka memang tidak mengalami perkembangan yang sama, ada yang lebih cepat; ada yang lebih kemudian dalam menyelesaikan tugas-tugas. Tapi, semua bisa terselesaikan.

Di ruang guru, ketika guru lain bersenda gurau menikmati istirahat, mereka tidak selalu bisa terlibat. Karena, masih ada tugas atau pekerjaan yang mereka perlu lakukan. Misalnya, mereka masih sempatkan berdiskusi. Memberi masukan satu terhadap yang lain.

Maka, kalau kemudian di antara mereka ada yang mengeluh, menurut saya sebagai sikap yang wajar-wajar saja. Orang dalam puncak kesibukan, pasti lumrah mengungkapkan rasa (sesak) yang tersimpan di benak. Pengungkapan rasa tersebut dapat menjadi media mencairkan kesesakan untuk kembali ke kondisi natural.

Dan nyatanya, baru beberapa hari yang lalu, mereka mengadakan aksi nyata diseminasi tentang "Menciptakan Budaya Positif di Sekolah" terhadap guru-guru lain di sekolah tempat kami mengajar. Materi yang dibagikan membuka pola pikir kami harus berubah. Sebab, hal yang kami lakukan (selama ini) saat pendampingan siswa dalam pikiran kami sudah benar, ternyata kurang benar.

Refleksi tersebut setidaknya memberi arah bagi guru-guru lain yang mengikuti diseminasi akan lebih memberi dampak positif terhadap siswa saat melakukan pendampingan. Dengan begitu, siswa merasa lebih nyaman dan aman. Yang, akhirnya memungkinkan mereka mengalami tumbuh kembang optimal secara komprehensif.

Itu baru berbagi tentang satu materi. Kalau berbagi materi yang lain lagi tentu semakin memperkaya guru-guru lain. Dan, saya melihat ada banyak materi yang teman-teman CGP pelajari selama pelatihan, yang katanya, mereka harus mengikuti selama enam bulan. Luar biasa!

Melihat video pembelajaran dan berbagai karya kreatif inovatif para guru penggerak dan CGP yang diunggah di platform merdeka mengajar (PMM), sungguh membanggakan. Semua menunjukkan bahwa begitulah cara memajukan pendidikan kita. Saya percaya, kalau semua guru, atau setidaknya sebagian besar guru Indonesia melakukannya, sudah pasti pendidikan di Indonesia bergerak  sejajar dengan pendidikan di negara-negara maju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun