Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Semua Kurikulum, Karya Terbaik pada Zamannya

1 Januari 2022   16:08 Diperbarui: 2 Januari 2022   18:02 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa sedang menerima arahan mengenai Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) | Ilustrasi: dokumen pribadi

Kurikulum Prototipe pastilah dirancang sebaik mungkin untuk pendidikan masyarakat Indonesia pada masa sekarang agar lahir generasi-generasi yang andal.

Memang selalu ada pro dan kontra. Fenomena semacam itu sejak zaman dahulu, selalu ada pihak yang setuju; ada pihak yang tidak, kalau ada perubahan. Biasa. Bahkan, tak sedikit ada pihak yang selalu memiliki kesan, "Setiap ganti menteri ganti kebijakan. Setiap ganti Menteri Pendidikan, ganti kurikulum pendidikan". Hehehe!

Ya, begitu kesan yang ada. Karena memang nyaris semacam itu kenyataan yang terjadi, dari dahulu hingga kini, sudah ada sepuluh kali perubahan kurikulum, yaitu Kurikulum 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan 2013. 

Sekadar mencatatkan saja, selama waktu itu hingga kini, menteri yang menangani pengajaran atau pendidikan sudah berganti sebanyak 40-an kali.

Kini, Mas Menteri, Nadiem Anwar Makarim, menteri terkait ke-44, mencetuskan Kurikulum Prototipe, yang diberlakukan hingga 2024 dan selanjutnya dievaluasi. Sudah banyak pihak yang mengulas kurikulum tersebut. Ada pihak yang melihat sisi positif kurikulum tersebut; ada yang melihat sisi negatifnya; ada yang melihat secara netral saja.

Bagi saya, semua kurikulum, termasuk Kurikulum Prototipe adalah karya "terbaik" anak bangsa yang sesuai dengan konteksnya. 

Lalu, mengapa setiap ada perubahan kurikulum, kurikulum yang sebelumnya kok dianggap "kurang"?

Alasannya adalah pelaku-pelaku di lapangan belum sepenuhnya dapat mengimplementasikan sesuai dengan gagasan pencetus. 

Guru-guru yang berhadapan langsung dengan siswa yang harus mempraktikkan belum menguasai seutuhnya gagasan "terbaik" dalam kurikulum. Sebab, tidak mudah mengupayakan semua guru -tanpa terkecuali- menguasai gagasan "terbaik" itu dalam waktu yang pendek.

Memang benar bahwa sebelum diberlakukan untuk semua sekolah, kurikulum sudah diujicobakan. 

Pertanyaannya, sudahkah semua guru yang ada di sekolah uji coba menguasainya? Siapa yang berani menjamin bahwa semua guru di sekolah uji coba sudah menguasai?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun