Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Lebih Bahagia Setelah Bercerai, Bisakah?

16 Agustus 2023   06:27 Diperbarui: 16 Agustus 2023   06:32 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://themuslimvibe.com/

"If I'd stayed married I no doubt would have had a lovely life, because my ex-husband is a lovely person. But I knew in my mind I wanted more from life than just a beautiful relationship" (Casey, in: Kellie Scott, 2017).

Apakah perceraian selalu berdampak buruk bagi mantan suami dan mantan istri? Ternyata tidak.

Sebuah studi menunjukkan, mayoritas pasangan yang bercerai, merasa kondisinya lebih baik dibanding saat masih berada dalam ikatan pernikahan (Taha Ghayyur, 2010). Studi dilakukan oleh Sound Vision pada tahun 2009 hingga 2010, melibatkan 405 responden laki-laki dan perempuan.

Studi tersebut memberikan hasil, 90,16% responden menjawab "Ya" atas pertanyaan "Apakah Anda merasa lebih baik hari ini dibandingkan saat berada dalam pernikahan?" Sebanyak 66,19% responden yang merasa lebih bahagia saat ini, adalah pihak yang mengajukan perceraian.

Sebuah studi yang melibatkan 80.000 perempuan yang diterbitkan di Journal of Women's Health (2017) menunjukkan hasil yang sama. Mayoritas kaum perempuan mengaku menjadi lebih sehat setelah berpisah dari suaminya (Kellie Scott, 2017).

Demikian pula studi yang dilakukan Universitas Kingston di Inggris pada tahun 2013 menemukan bahwa selama lima tahun setelah perceraian, perempuan menjadi lebih bahagia daripada sebelumnya (Kellie Scott, 2017). Mereka bisa melakukan hal-hal yang lebih sesuai dengan keinginan.

Casey, seorang perempuan yang memilih untuk bercerai menyatakan, "Jika saya tetap mempertahankan pernikahan, saya akan memiliki kehidupan yang indah. Karena mantan suami saya adalah orang yang baik".

Lalu mengapa ia memilih bercerai? "Saya menginginkan sesuatu yang lebih daripada sekedar hubungan yang indah," ungkap Casey. Ini menjadi salah satu alasan mengapa dirinya bisa merasa lebih baik setelah bercerai.

Mengurai Permasalahan

"Divorce did not typically reduce symptoms of depression, raise self-esteem, or increase a sense of mastery" (Ann Gold Buscho, 2023).

Namun sebuah studi yang dilakukan oleh Linda Waite dari University of Chicago di tahun 2002 menemukan hasil yang berbeda. Studi Waite menemukan, rata-rata orang dewasa yang bercerai, tidak lebih bahagia daripada mereka yang tetap mempertahankan pernikahan. Hasil ini didapatkan dengan melakukan penilaian terhadap 12 ukuran kesejahteraan psikologis pada responden (Ann Buscho, 2023).

Waite mengakui, perceraian sering kali merupakan pilihan terbaik dalam sebuah pernikahan yang tidak sehat, seperti ketika ada pelecehan, kecanduan, atau pengkhianatan. Ada banyak pernikahan yang menekan dan tidak memberikan kebahagiaan. Perceraian merupakan jalan yang mereka pilih untuk keluar dari tekanan.

Mereka menemukan kebahagiaan dan ketenangan setelah menikah lagi dengan pasangan yang tepat. Studi Waite menemukan, 81% responden yang menikah lagi, merasa lebih bahagia dalam pernikahan berikutnya (Ann Buscho, 2023).

Bagaimana memahami perbedaan hasil studi ini? Sebuah ulasan di Psychology Today bisa memberikan penjelasan yang memadai.

"Dalam sebuah pernikahan yang tidak sehat", menurut Ann Gold Buscho di Psychology Today (2023), "perceraian semata tidak akan menyelesaikan masalah kesehatan mental seperti depresi atau harga diri". Menurut Buscho, seseorang harus mengetahui pokok permasalahan yang dihadapi, untuk bisa mengatasi depresi atau meningkatkan harga diri.

"Divorce alone will not solve mental-health issues such as depression or self-esteem. You'll need to work on how you got into this predicament, why you chose this spouse, what you did wrong, and what you can learn about yourself in self-reflection that will improve your next relationships" (Ann Gold Buscho, 2023).

Setiap suami atau istri yang merasa pernikahannya tidak bahagia, hendaknya bisa melakukan deteksi penyebab ketidakbahagiaan tersebut. Selanjutnya mereka melakukan usaha bersama, untuk menemukan jalan keluar agar bisa menemukan kebahagiaan dalam kehidupan pernikahan.

Sebab, keputusan bercerai semata-mata, tanpa disertai upaya perbaikan kondisi diri, tidak akan bisa menyelesaikan persoalan kesehatan mental. Harus disertai dengan usaha mengenali penyebab dan memperbaiki atau menyembuhkannya.

Bahan Bacaan

Ann Gold Buscho, Will You Be Happier After Divorce? https://www.psychologytoday.com, 18 Januari 2023

Kellie Scott, How Divorce Can Spark Self-discovery and Happiness for Women, https://www.abc.net.au, 13 November 2017

Taha Ghayyur, Divorce in the Muslim Community: 2010 Survey Analysis, https://www.soundvision.com, 22 Juli 2010

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun