Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

8 Karakter yang Harus Kamu Siapkan Sebelum Menikah

19 Juli 2023   05:39 Diperbarui: 19 Juli 2023   05:44 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Duvall dan Miller, kehidupan dan perkembangan sebuah keluarga, akan melalui delapan tahap : Beginning Family / Keluarga Baru, Childbearing Family / Keluarga dengan Kelahiran Anak Pertama, Family With Preschoolers / Keluarga dengan Anak Pra-Sekolah, Family With School-age Children / Keluarga dengan Anak Sekolah, Family With Teenagers / Keluarga dengan Anak Remaja, Launching Family / Keluarga dengan Anak Dewasa, Middleage Family / Keluarga Usia Pertengahan, Aging Family / Keluarga Usia Lanjut. Coba kamu pelajari selengkapnya di sini.

Nah dari teori Duvall dan Miller itu saja sudah bias memberikan gambaran, bahwa kehidupan keluarga itu sangat dinamis. Tidak pernah berada dalam kondisi yang sama, terus menerus mengalami perkembangan dan perubahan.

Oleh karena itu, pada setiap tahap kehidupan berumah tangga, semua orang harus bersedia untuk tetap belajar. Kita akan terus menerus belajar di sepanjang kehidupan berumah tangga. Itulah sebabnya butuh dicetak karakter pembelajar pada diri setiap orang. 

  • Pribadi Mandiri

Karakter yang juga sangat penting untuk kamu bentuk dalam diri adalah pribadi yang mandiri. Sebelum menikah, anak akan hidup dan bertanggung jawab kepada kedua orangtuanya. Namun setelah menikah, mereka lepas dari orangtua dan bertanggung jawab atas kehidupan keluarga yang dibangunnya bersama pasangan.

Inilah maksud kemandirian, bahwa kamu sudah lepas dari orangtua. Kamu kelak harus eksis sebagai sebuah keluarga setelah menikah, dan lepas dari ketergantungan terhadap orangtua. Tentu kamu tetap wajib berbakti kepada kedua orangtua juga mertua, namun kamu sudah hidup sebagai keluarga mandiri.

Pribadi yang tergantung kepada orangtua, pada dasarnya akan menjadi kendala dalam membangun kebahagiaan sebuah keluarga. Setiap ada masalah, selalu curhat ke orangtua. Setiap ada konflik dengan pasangan, selalu mengeluh ke orangtua. Seperti ini adalah contoh pribadi yang tidak mandiri, karena secara mental masih bergantung kepada orangtua.

Pada sisi lain, orangua harus memberikan kemandirian kepada anak yang sudah menikah untuk hidup sebagai sebuah keluarga baru, yang terpisah dari orangtua. Orangtua jangan melakukan intervensi yang menghilangkan kemandirian anak.

  • Pribadi Kreatif dan Produktif

Hendaknya setiap diri berusaha untuk menjadi pribadi yang kreatif dan produktif dalam kebaikan. Kamu tidak perlu menunggu menikah untuk menjadi pribadi yang kreatif dan produktif, karena waktu yang kita miliki pada dasarnya sangat terbatas.

Ada sangat banyak hal bisa kamu perbuat untuk kebaikan diri sendiri, teman-teman, lingkungan, masyarakat, bahkan bagi bangsa dan negara. Jadilah pemuda yang kreatif dan produktif, yang memanfaatkan semua waktu untuk hal-hal yang bermanfaat.

Jika sudah terbiasa kreatif memproduksi berbagai hal yang bermanfaat, akan membentuk kepribadian yang selalu bersemangat untuk menghasilkan karya nyata. Tidak suka membuang-buang waktu, tidak menyia-nyiakan waktu, tidak melakukan hal-hal yang sia-sia.

Setelah menikah nanti, kamu akan memiliki sangat banyak peran dan amanah yang harus ditunaikan. Jika semasa remaja dan muda terbiasa hidup santai, foya-foya, membuang-buang waktu untuk hal-hal yang sia-sia, maka saat menikah nanti bisa menjadi kendala. Bisa jadi ada banyak peran yang tidak terlaksanakan dan terabaikan karena kebiasaan bersantai dan berleha-leha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun