Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Mertua yang Dirindukan Calon Menantu

12 Juli 2021   06:50 Diperbarui: 12 Juli 2021   06:53 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berapa panjang jarak dari menikah hingga menjadi mertua? Jaraknya adalah sepanjang perjalanan mendaki enam anak tangga. Dari anak tangga pertama, hingga anak tangga ke enam. Ini menggunakan pendekatan Duvall-Miller.

Menurut Duvall-Miller, anak tangga pertama kehidupan berumah tangga adalah pengantin baru. Sepasang pengantin yang baru menikah membentuk rumah tangga, hanya ada suami dan istri yang saling berinteraksi.

Sedangkan anak tangga keenam adalah saat orangtua mulai melepas anak-anaknya untuk mandiri. Di fase ini, satu per satu anak dalam keluarga induk sudah menikah, dan hidup mandiri. Mereka sudah membentuk keluarga sendiri, dengan kartu keluarga baru, sebagai fase pertama kehidupan berumah tangga masing-masing.

Sedangkan orangtua di rumah tangga induk, mulai melepas anak --istilah Duvall-Miller : launching. Inilah anak tangga keenam dari keseluruhan fase hidup berumah tangga.

Perhatikan, ternyata jarak dari proses seseorang menikah hingga dirinya menjadi mertua, hanyalah sepanjang enam anak tangga. Panjang atau pendek? Jika ditanyakan kepada pengantin baru, jawabannya adalah panjang, karena mereka belum membayangkan menjadi mertua.

Jika pertanyaan itu ditanyakan kepada orangtua yang telah berada di anak tangga keenam, jawabannya adalah pendek. Mereka merasa, betapa cepat waktu berlalu. Menikah, menjalani rutinitas rumah tangga, tahu-tahu sudah punya menantu. Hidup di dunia ini memang terlalu singkat.

Problem yang sering muncul adalah, banyak orang melewati anak tangga kehidupan berumah tangga hanya dengan spontanitas tanpa ilmu dan pengetahuan. Tanpa persiapan yang memadai. Ilmu hidup berumah tangga tidak bertambah, padahal fase kehidupan terus berubah.

Kegagapan sering terjadi. Tidak mengetahui bagaimana seharusnya interaksi menantu dengan mertua. Tidak mengetahui bagaimana seharusnya berinteraksi dengan besan. Tak jarang muncul konflik dan bahkan permusuhan, akibat tidak dimilikinya ilmu, pengetahuan dan keterampilan 'baru' sebagai mertua.

Persiapan-Persiapan Menjadi Mertua

Bukan hanya para lajang yang harus memiliki persiapan untuk menikah. Para orangtua yang telah berada di fase keenam, juga harus melakukan persiapan untuk menjadi mertua.

Ada beberapa jenis persiapan yang penting dimiliki oleh para orangtua, agar bisa menjadi mertua arif bijaksana. Mertua yang dirindukan para calon menantu. Bukan mertua yang ditakuti, dibenci serta dimusuhi menantu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun