Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pasir Pantai Pun Cukup Menjadi Tanda Cinta

1 Desember 2016   08:15 Diperbarui: 1 Desember 2016   15:10 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : www.pinterest.com/afsaran.ir

Apakah yang menjadi tanda cinta Anda kepada pasangan? Tentu sangat banyak jawabannya. Namun, terkadang banyak suami merasa kesulitan untuk menyatakan cinta kepada sang istri. Padahal sesungguhnya, tanda cinta tidak selalu berwujud materi. Cinta bisa diwujudkan dalam lembutnya kata-kata, perhatian, kesetiaan, tanggung jawab, hadiah, dan berbagai tindakan nyata lainnya. Menyatakan cinta itu tidak mahal, bahkan banyak yang gratis alias tak berbayar.

Kadang suami terlalu serius menjalankan kegiatan bisnis atau mengejar target perusahaan, sampai ia lupa untuk menunjukkan tanda cinta kepada istri yang sudah sekian lama dinikahinya. Bahkan, ada suami yang “lupa” bahwa dirinya sudah menikah, saking asyiknya bekerja, saking asyiknya bisnis, saking asyiknya dengan hobi. Bagaimana akan menyatakan cinta dan memberikan tanda cinta kepada istri, jika ingat pun tidak.

CInta, Adakah Tandanya?

Bagaimana mungkin seseorang mengatakan cinta namun hanya berhenti sampai pada kata-kata saja? Jika kata cinta diucapkan sejuta kali setiap hari, namun tidak ada tanda-tanda bahwa ia memiliki cinta, tentu tidak akan bisa dipercaya. Kata-kata hanyalah salah satu tanda cinta, namun sangat banyak hal lainnya yang bisa dijadikan sebagai tanda. Bahkan dengan hal-hal yang sangat sederhana dan mudah didapatkan dalam kehidupan sehari-hari.

Suatu ketika seorang suami pulang ke rumah membawa oleh-oleh berupa pasir pantai yang disimpan dalam botol air mineral 500 ml, ditambah beberapa potong batuan karang pantai yang berbentuk unik. Benda-benda sederhana itu disimpan di dalam tas kresek kecil, dan dimasukkan ke dalam ransel yang menemaninya dalam perjalanan. Hampir satu jam ia mencari dan memilih pasir yang paling bagus serta batuan karang kecil yang bentuknya indah, untuk dibawa pulang.

Ia baru saja pulang dari kegiatan outbond di pantai bersama rekan-rekan kantornya. Kegiatan selama tiga hari dua malam tersebut sangat melelahkan. Namun, ia masih sempat mencari sesuatu untuk oleh-oleh bagi istri yang menanti kepulangannya. Ini sudah menjadi kebiasaan hidupnya selama ini. Ke mana pun ia pergi, harus ada sesuatu yang dibawa pulang untuk tanda cinta bagi sang istri dan buah hati. Kali ini, tanda cintanya sangat sederhana. Cukup pasir pantai dan beberapa potong batu karang kecil yang dijumput di sepanjang pantai.

Sesampai di rumah ia serahkan kepada istri tercinta. "Aku tidak punya cukup uang untuk membelikanmu oleh-oleh. Namun, aku melihat pasir pantai yang indah dan batuan karang aneka bentuknya. Aku pilihkan yang terindah untukmu," ungkapnya.

Ungkapan tulus itu mampu melelehkan hati sang istri. Memang saat masih di lokasi pantai, sang suami melihat banyak rekan kantornya berbelanja aneka jenis suvenir di toko sebelum pulang. Ia sendiri tidak tahu apakah suvenir itu akan dihadiahkan untuk istri mereka atau untuk yang lain, namun ia tidak ingin ketinggalan momentum tersebut. Beberapa hari pergi meninggalkan rumah, ia ingin ada oleh-oleh untuk sang istri. Namun, ia tidak cukup memiliki uang untuk membeli suvenir seperti yang dilakukan rekan-rekannya.

Ia berpikir, hadiah apakah yang bisa ia bawa pulang untuk sang istri. Segera ia mengambil pasir pantai yang putih bersih serta beberapa keping batuan karang yang berbentuk indah untuk dibawa pulang. Tentu tidak boleh banyak-banyak, karena ada larangan membawa pasir keluar dari kawasan pantai. Sekedarnya saja, untuk tanda cinta kepada istri yang sangat setia. Ternyata oleh-oleh sederhana itu sangat dikenang oleh istri hingga usia tua.

Dua puluh tahun berlalu, peristiwa itu tetap dikenang sang istri dan sering diceritakannya kepada orang lain. Sang istri dengan bangga dan bahagia menceritakan oleh-oleh berupa pasir dan batu-batu karang tersebut, sebagai contoh bentuk romantisme sang suami kepada dirinya. Sang istri menangkap perhatian yang tulus dari suami, dan ia menerima hal itu sebagai bentuk romantisme.

Walau di rumah sang suami tidak pernah mengucapkan kata-kata cinta, tampak benar perhatian dari sang suami. Setiap pulang dari tugas luar kota, sang suami selalu membawa oleh-oleh untuknya. Sesederhana apa pun, selalu ada yang dibawa untuk istri tercinta.

Ternyata pasir pantai dan pecahan batu karang bisa menjadi ekspresi romantisme seorang suami. Ia sendiri tidak pernah berpikir untuk berperilaku romantis, namun ia hanya ingin menunjukkan perhatian kepada istri tercinta. Perhatian yang tulus inilah salah satu romantisme yang sangat mendalam. Bentuk perhatiannya bisa bermacam-macam, namun ketulusan perhatiannya yang lebih menentukan.

Siraman Air di Depan Truk

Saya tergoda untuk menuliskan pemandangan yang rutin saya lihat setiap pagi hari beberapa tahun yang lalu. Saat itu saya tinggal di rumah kontrakan dalam sebuah lingkungan perumahan sederhana. Salah satu tetangga samping rumah kami juga mengontrak rumah, sepasang suami-istri dengan anak yang masih kecil. Sang suami adalah sopir truk, yang setiap pagi berangkat mengangkut barang dari Yogyakarta ke kota-kota di sekitarnya. Sedangkan istrinya berjualan di sekitar perumahan.

Pemandangan indah yang saya saksikan setiap pagi adalah, sebelum sang suami berangkat kerja membawa truknya, sang istri selalu menyiramkan satu ember air ke bagian depan truk tersebut. Pagi-pagi selepas subuh, sang suami langsung membersihkan truk, dan sekaligus memanasi mesin truk. Setelah siap, ia berpamitan kepada sang istri. Lalu istri keluar ke depan rumah membawa satu ember air mengantar kepergian suami. Setelah suami naik ke tempat duduk sopir dalam truk, sang istri langsung menyiramkan satu ember air tersebut ke bagian depan mobil.

Setelah air disiramkan, sang istri berdiri di depan pintu pagar rumah. Sang suami berdoa dan kemudian berangkat kerja membawa truk miliknya. Tampak sang istri melambaikan tangan dan memandangi truk suami sampai hilang di belokan jalan. Barulah sang istri masuk ke dalam rumah untuk meneruskan pekerjaan rumahnya.

Pemandangan ini rutin kami saksikan, karena selepas Subuh saya punya kebiasaan jalan-jalan keliling perumahan untuk olahraga. Sebagian orang mungkin tidak memperhatikan pemandangan indah tersebut. Sebagian yang lain mungkin melihatnya dalam konteks yang klenik, bahwa yang dilakukan sang istri itu mengandung unsur kepercayaan tertentu yang mistis, atau semacamnya. Namun saya melihat dari segi yang berbeda.

Saya bersyukur dan berbahagia mendapat kesempatan menyaksikan pemandangan menakjubkan seperti itu setiap pagi. Saya lebih melihat, itulah salah satu tanda cinta sang istri kepada sang suami. Seakan-akan ia berpesan, aku selalu berharap kepulanganmu dalam keadaan selamat, ingatlah aku dalam perjalanan dan kerjamu, hatiku dan cintaku selalu menyertaimu, atau pesan-pesan lain semacam itu. Minimalnya, ada bentuk perhatian yang nyata dan rutin dilakukan sang istri setiap pagi. Ia tidak cuek dan masa bodoh dengan kepergian suami. Mencari nafkah halal adalah jihad sang suami demi menghidupi keluarga. Maka ia antarkan suami yang akan berangkat kerja dengan sepenuh cinta.

Saya sangat yakin, sang suami merasakan betul wujud cinta sang istri. Maka ia bekerja dalam situasi hati yang tenang dan damai. Ia membawa cinta sang istri dalam kegiatan kesehariannya.

Sederhana bukan? Cinta itu banyak banget tandanya. Tidak selalu dengan bunga tulip atau sakura. Tidak mesti dengan lilin-lilin di tengah pesta. Bahkan dengan pasir pantai dan seember air pun telah menunjukkan romantisme yang nyata.

Jadi, apakah tanda cinta Anda? Sudah anda memberikan tanda cinta itu untuk istri atau suami Anda?

Mertosanan Kulon, 1 Desember 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun