Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Family is Not an Important Thing, Family is Everything

23 November 2016   06:23 Diperbarui: 23 November 2016   16:27 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - keluarga. (Shutterstock)

Yang ia lakukan tinggal rutinitas mengerjakan kewajiban sebagai istri dan ibu. Hanya karena tugas untuk mendampingin dan membesarkan sang buah hati, ia rela menjalani peran seperti ini. Ia tidak tega melihat dua anak yang mungil dan lucu kehilangan sosok ayah. Mereka tidak memiliki kedekatan dengan sang ayah karena ditelan kesibukan kerja. Sang anak bahkan tidak memiliki kebanggaan terhadap sosok ayah. Empatbelas tahun melewati kehidupan tanpa kehadiran sosok ayah yang ikut mengasuh, membina, membimbing dan membina mereka.

Kesuksesan membangun bisnisnya harus ditebus dengan harga sangat mahal. Kekosongan jiwa pada istri dan dua anaknya karena ditinggal 14 tahun membangun bisnis tidak bisa digantikan dengan uang sebanyak apapun juga.

Seimbang, Tidak Ada yang Ditinggalkan

Membangun keluarga dan membangun usaha, bukanlah dua kegiatan yang terpisah atau berurutan. Namun keduanya harus dilakukan dengan seimbang dan bersamaan. Bahkan bukan hanya dua hal itu, termasuk harus membangun hubungan sosial dengan keluarga besar, membangun hubungan kemasyarakatan, membangun peran di organisasi, dan lain sebagainya. Semuanya harus dilakukan dengan ;roporsional dan seimbang, Cara melakukannya bukan satu persatu secara berurutan, namun dilakukan dengan berbarengan. Tentu saja ada hal yang prioritas, namun tidak ada yang diabaikan atau ditinggalkan.

Membangun bisnis hingga mencapai puncak kejayaan, menjadi tidak memiliki makna jika harus kehilangan keluarga. Padahal cita-cita membesarkan bisnis adalah untuk membahagiakan keluarga. Bagaimana keluarga bisa merasakan kebahagiaan, jika tidak pernah dirwat dan diperhatikan? Sedangkan bunga-bunga di taman pun akan layu jika hanya ditanam dan ditinggalkan tanpa perawatan. Bunga perlu disiram rutin, dipupuk, dirawat, dijaga dari hama, diperhatikan kondisi tanah dan lingkungannya, baru bisa tumbuh mekar dan berseri.

Betapapun sibuk mengurus dan membesarkan bisnis, sekalipun itu bagian dari prioritas, namun tidak bisa dilakukan dengan meninggalkan perhatian terhadap keluarga. Justru keluarga yang semestinya diutamakan agar bisnisnya lancar dan berkembang. Siapa yang akan bisa dibahagiakan, jika keluarga justru berantakan? Mungkin saja secara posisi usaha, popularitas, branding dan hasilnya sudah sesuai yang diharapkan dan dicita-citakan. Namun ironisnya, pihak-pihak yang semula ingin dibahagiakan justru merasa tersingkirkan. Tentu saja mereka tidak bisa bahagia.

Family Is Not An Important Thing

Benarlah ungkapan bahwa “Family Is Not An Important Thing, Family Is Everything”. Mungkin selintas tampak berlebihan memandang keluarga, namun hal itu akan benar-benar dirasakan pada saat seseorang kehilangan keluarga yang sangat dicintainya. Bukan saja kehilangan karena kematian atau perceraian, namun termasuk pula kehilangan kehangatan, kehilangan harmonis, kehilangan cinta, kehilangan kemesraan dalam keluarga, akan memiliki dampak yang sangat panjang dalam kehidupan manusia di waktu-waktu berikutnya.

Apalah artinya bisnis yang besar, penghasilan berlimpah, kekayaan terus bertambah, popularitas makin membuncah, namun tidak disertai kehangatan keluarga. Di saat ia menghabiskan waktu empatbelas tahun, setelah ada hasil seperti yang diharapkan, ternyata ia harus kehilangan harta yang paling berharga, yaitu keluarga. Sayangnya waktu tidak bisa diputar mundur ke belakang. Waktu akan terus berjalan maju ke depan, dengan meninggalkan situasi dan kondisi apapun yang telah terjadi di masa lalu.

Yang bisa dilakukan oleh lelaki ini menurut kacamata konselor adalah, menyatakan penyesalan dan permintaan maaf yang sebesar-besarnya kepada istri dan anak-anak. Jangan gengsi untuk menyatakan penyesalan dan perasaan bersalah karena telah mentelantarkan mereka selama empatbelas tahun. Jangan malu untuk meminta maaf kepada istri dan anak-anak, dan meminta kepada mereka untuk memberikan kesempatan kedua baginya. Kesempatan yang akan dia gunakan untuk membangun kembali puzle kebahagiaan keluarga. Dari awal.

Luka yang terlanjur tertoreh pada hati istri dan anak-anak tidak akan bisa sembuh begitu saja, namun perlu perawatan intensif yang dilakukan sendiri oleh sang suami. Tidak bisa diwakilkan kepada siapapun. Jika ia sabar merawat, mengobati, membersamai istri dan kedua anaknya, secara perlahan cinta mereka bisa tumbuh kembali. Bunga-bunga cinta dalam keluarga mereka bisa bermekaran kembali. Luka hati bisa disembuhkan, walaupun tidak akan bisa sempurna, namun akan bisa membuat mereka kembali utuh sebagai satu keluarga bahagia.

Mertosanan Kulon, 16 Nopember 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun