Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pengantin Era Cyber, Perlukah Dipingit?

29 September 2016   16:50 Diperbarui: 29 September 2016   21:00 1828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi| Bostonmagazine

Inilah hakikat dipingit. Jangan menggunakan media sosial selama masa pingitan. Gunanya untuk meminimalisir godaan dan gangguan yang bisa merusak kebaikan suasana menjelang pernikahan. Selama masa dipingit, matikan semua media sosial. Tidak perlu narsis di medsos, tidak perlu update status di fesbuk dan instagram, tidak perlu komen dan like status orang, tidak perlu mengintip kegiatan medsos orang lain. Puasalah dari gadget, puasalah dari media sosial selama masa pingitan.

Lakukan digital detox pada saat masa pingitan, agar semua pengaruh negatif media sosial bisa dihilangkan. Melalui media sosial inilah sering kali muncul godaan dan gangguan dari orang-orang iseng, mantan, barisan sakit hati, serta pihak-pihak lain yang tidak menghendaki terjadinya pernikahan tersebut. Menjauhi media sosial adalah cara melakukan pingitan yang tepat di masa cyber saat ini. Dengan cara itu, calon pengantin akan lebih fokus menyiapkan diri menuju pernikahan, dibanding sibuk update status di medsos.

Demikianlah beberapa cara melakukan pingitan di era cyber saat ini. Tidak penting kapan dan berapa lama waktu yang disediakan untuk melakukan pingitan, namun esensi dan urgensi pingitan sangat diperlukan untuk menjaga, menyiapkan diri secara lebih baik, serta berkonsentrasi menghadapi pernikahan. Jangan sampai disamakan antara peristiwa menikah dengan peristiwa pergi ke pasar, atau peristiwa tidur, atau mandi, atau makan dan kegiatan hidup lainnya. Menikah itu peristiwa sangat sakral, menghalalkan hubungan dua insan atas nama Allah Yang Maha Agung. Maka jangan sepelekan prosesi persiapannya, dan kebersihan jiwa dalam menyambutnya.

Mertosanan Kulon, 29 September 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun