"Saat saya memijat, tidak ada kelainan pada diri Neng Surti, Nak."
"Terimakasih keterangannya, Nyai. Kalau begitu saya permisi dulu," jawab Tarjo sekaligus pamit pulang.
Tarjo curiga, karena tingkah Nyai Sekar Mayang tadi aneh. Seperti ada yang disembunyikan. Mungkin juga ia naksir Tarjo atau malah sebaliknya.
Jam sembilan malam Tarjo berangkat. Keadaan desa sangat sepi. Baru setengah perjalanan, ia mendengar orang minta tolong.
"Tolooong ...! Toloooong ...!"
Tarjo mempercepat langkahnya menuju suara itu. Kebetulan datangnya dari arah yang hendak ia tuju. Pikirannya mulai mengarah pada hantu tersebut. Dari kejauhan tampak Adi, penjual sate keliling sedang lari menuju arahnya.
"Ada apa, Kang?"
"Tolong, ada sundel bolong!"
"Di mana, Kang?"
"Di rumah Pak Lurah yang sekarang kosong."
"Gerobaknya Akang tinggal di sana?"